Seorang warga Desa Kepung, Kecamatan Kepung, Kediri bernama Eko Mariyono (RT 05/RW 01) mengaku diintimidasi warga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Itu akibat sikapnya yang konsisten menolak acara sound horeg atau karnaval dengan pengeras suara berkapasitas besar di wilayahnya.
Eko menceritakan bahwa sejak 2022 dirinya telah memprotes penyelenggaraan acara yang dinilai meresahkan warga itu namun tidak mendapatkan tanggapan dari pihak desa.
"Tahun 2022 saya protes ke desa, tapi tidak ada respons. Lalu 2023 saat malam takbir Idul Fitri ada segerombolan anak muda bawa sound besar, bukan takbiran tapi musik remix. Saya tegur, malah saya dikeroyok. Untung tidak kena," kata Eko. Jumat (1/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat insiden tersebut, Eko sempat mendatangi Polsek Kepung untuk melapor. Sejak saat itu ia semakin tegas menolak acara serupa yang digelar oleh warga di sekitarnya.
Selanjutnya pada Maret 2025, Eko kembali mendengar kabar akan adanya pawai sound di desanya. Ia melayangkan surat penolakan ke Bupati Kediri, Polres Kediri, hingga Gubernur Jawa Timur.
Namun, tanggapannya menurutnya sangat normatif. Bahkan ia bersama istrinya sempat membuat petisi penolakan yang berhasil mengumpulkan sekitar 800 tanda tangan. Langkah itu justru memicu tekanan dari pihak yang mendukung acara sound horeg.
"Foto saya dan istri saya disebarkan sebagai orang yang dianggap membuat perizinan karnaval sound susah di Kediri. Rumah saya juga dipetakan oleh mereka," jelasnya.
Situasi memuncak pada 26 Maret 2025 ketika rumah Eko diteror suara sound system yang diarahkan langsung ke kediamannya.
"Kami sebenarnya mau mengungsi ke hotel, tapi orang tua saya takut rumah kosong. Akhirnya kami tetap di rumah," katanya.
Menurut Eko, selain merugikan dari sisi kesehatan karena suara yang terlalu keras, di rumahnya ada orang tua berusia 70 tahun dan kegiatan itu juga dinilai berdampak buruk pada moralitas anak-anak.
"Banyak yang joget pakai pakaian tidak pantas. Euforianya berlebihan, bahkan bisa saja ada peredaran miras," imbuhnya.
Tidak hanya teror secara langsung, Eko juga menerima berbagai komentar bernada ancaman di media sosial. Beberapa akun bahkan mengajak massa untuk mendatangi rumahnya.
(dpe/abq)