Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Doni Sandito memastikan tidak ada pengajar atau wali asuh di Sekolah Rakyat yang mengundurkan diri. Meskipun Kementerian Sosial menyebut adanya pengunduran diri guru Sekolah Rakyat secara nasional sekitar 150 ribu orang.
"Untuk Kota Malang, tidak ada yang keluar. Justru kami masih kekurangan tenaga pengajar dan wali asuh," kata Doni kepada wartawan, Jumat (1/8/2025).
Doni menerangkan, pada Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) terdapat 12 guru dan 4 wali asuh. Namun, berdasarkan laporan dari pihak sekolah, masih ada kekurangan tenaga, yakni 4 guru dan 3 wali asuh. Selain itu, tenaga administrasi juga masih belum mencukupi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlah pastinya saya tidak hafal, tapi kebutuhan tambahan sudah kami sampaikan. Rencananya akan ditambah secara bertahap, baik dari Kemensos maupun Dinas Pendidikan," terangnya.
Doni menambahkan, kondisi di Sekolah Rakyat baik SRMP maupun SRMA (Sekolah Rakyat Menengah Atas) secara umum masih aman. Tidak ada murid yang mengundurkan diri, meski beberapa siswa sempat mengalami homesick (rindu rumah).
"Anak-anak yang ingin pulang bisa ditenangkan oleh guru-guru di sana. Keluhan terbanyak di SRMA justru soal kesehatan ringan, seperti sakit gigi dan lambung. Itu lebih karena adaptasi dan faktor cuaca," imbuhnya.
Untuk SRMA sendiri saat ini menampung 75 siswa, terdiri dari 52 anak asal Kota Malang, dan sisanya dari Kabupaten Malang serta Kota Batu. Sama halnya dengan SRMP, SRMA juga tidak mengalami pengunduran diri guru.
Sebagai bentuk dukungan, Dinsos Kota Malang turut melibatkan penyuluh sosial dan pendamping psikologis dari kabupaten/kota untuk mengisi kekurangan tenaga hingga kebutuhan sepenuhnya terpenuhi. Kegiatan siswa juga dirancang agar mereka lebih nyaman di lingkungan asrama.
"Semua pihak saling bersinergi. Ini soal adaptasi. Pak Wali Kota dan Wakil Wali Kota juga sedang menjalin komunikasi dengan Kemensos di Jakarta untuk menyampaikan kebutuhan tenaga pengajar tambahan," pungkasnya.
(auh/hil)