Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menunjukkan kepeduliannya terhadap pengembangan ekonomi pesisir. Mereka menggelar pelatihan pembuatan sambal cumi bagi ibu-ibu PKK di Desa Wates, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, untuk meningkatkan nilai jual hasil laut lokal sekaligus membangun kemandirian ekonomi masyarakat.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB. Kegiatan berlangsung Rabu (31/7) dan disambut antusias oleh para peserta.
Pembimbing KKNT FPIK UB Wahida Kartika Sari menyebut, program ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan investasi keterampilan jangka panjang. Ia berharap inovasi sambal cumi ini bisa menjadi titik awal tumbuhnya UMKM lokal berbasis potensi kelautan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan sekadar pelatihan, tapi investasi keterampilan untuk jangka panjang. Ketika ibu-ibu bisa memproduksi dan menjual sambal cumi sendiri, maka roda ekonomi keluarga akan bergerak dari dalam," ujar Wahida.
Koordinator Desa Wates, Alif Ghibtah Rayya mengatakan, pelatihan tak hanya fokus pada teknik memasak, tapi juga aspek pemasaran hingga pengemasan produk agar bisa bersaing di pasaran. Ia menyebut kegiatan ini sebagai bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam menggali potensi laut yang selama ini belum tergarap optimal.
![]() |
"Selama ini kami lihat cumi yang didapat nelayan dijual segar ke tengkulak. Kami berharap dengan diolah menjadi sambal, komoditas cumi bisa dijual dengan harga lebih tinggi," jelasnya.
Alif menambahkan, mahasiswa KKNT juga mendampingi peserta memasarkan produk baik secara langsung ke warung maupun melalui media digital. Mereka juga memperkenalkan berbagai pilihan kemasan menarik agar produk lebih tahan lama sekaligus menjual secara visual.
"Kami ingin produk mereka tidak hanya enak, tapi juga menarik tampilan agar bisa bersaing di pasaran," tambah Alif.
Desa Wates dikenal sebagai salah satu sentra hasil tangkapan laut, khususnya cumi. Namun, selama ini sebagian besar hasil laut dijual mentah atau diolah secara sederhana. Melalui pelatihan ini, mahasiswa ingin mendorong masyarakat mengolahnya menjadi produk kuliner bernilai tambah.
Ketua PKK Desa Wates, Fitri Bela Safitri, mengapresiasi pelatihan yang disusun secara komprehensif. Peserta tidak hanya diajarkan teknik memilih cumi dan memasaknya dengan benar, tapi juga dibimbing soal desain label, penentuan harga, dan promosi melalui media sosial.
"Kami diajarkan untuk tidak hanya fokus pada rasa, tapi juga visual produk. Materi desain label sederhana, strategi harga, dan promosi lewat media sosial menjadi hal baru bagi kami," tutur Fitri.
Pelatihan berlangsung dengan suasana hangat dan penuh semangat. Para ibu tak hanya serius belajar, tapi juga antusias saat praktik membuat sambal cumi.
"Rasanya enak, gampang dibuat, dan ini bisa banget jadi usaha rumahan. Kami jadi semangat mencoba di rumah," ujar salah satu peserta pelatihan.
(hil/hil)