Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Timur, Sutandi Purnomosidi menegaskan tidak ada istilah rombongan jarang beli (rojali), rombongan hanya nanya (rohana) hingga rombongan benar-benar beli (robeli) di mall atau pusat perbelanjaan di Jatim.
Sutandi menyebut tren pengunjung yang sekadar jalan-jalan di pusat perbelanjaan sudah ada sejak dahulu. Ia menyebut pengunjung tersebut sebagai potential buyer.
"Saya katakan bukan rohana atau rojali, sebenarnya dari dulu orang jalan-jalan ke mall atau window shopping itu banyak. Tetapi kalau rohana dan rojali, itu KTP-nya di Jakarta saja, yang penting di Surabaya kita terus berupaya orang mau datang ke mall untuk mau spending ya atau jalan-jalan juga nggak apa-apa, no problem," kata Sutandi, Rabu (30/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami justru sangat welcome orang jalan-jalan ke mall, kenapa? Dari jalan-jalan mereka lihat (produk), mereka yang awalnya tidak mau belanja, lihat baju baru, lihat diskon beli. Mereka ini justru potential buyer. Justru saya khawatir kalau mall sepi nggak ada yang jalan-jalan nanti malah roh halus yang jalan-jalan," tambahnya.
Sutandi menegaskan sudah sewajarnya masyarakat menghabiskan waktunya terutama saat weekend untuk jalan-jalan ke mall baik hanya untuk melihat-melihat tanpa membeli. Justru menjadi tugas retail untuk membuat promo semenarik mungkin agar pengunjung mau membeli produknya.
"Bagaimana retailler untuk memancing mereka untuk beli. Kalau kita sudah datangkan rojali, rohana ke mall, justru itu potensi besar untuk membeli. Retailler harus kreatif melihat event-eventnya," tegasnya.
Direktur Marketing Pakuwon Group ini menyebut saat ini daya beli beli masyarakat memang menurun. Hal ini sudah terasa sejak setahun belakangan.
"Memang terasa daya beli menurun terutama di Surabaya saya merasakannya. Contohnya penjualan saat lebaran tahun ini tidak lebih baik sama tahun lalu, tapi ingat ada inflasi, sehingga jika penjualan sama, maka volumenya turun, termasuk saat liburan sekolah kemarin," jelasnya.
"Dalam siklus retail, saat ini trennya menurun karena anak-anak sudah masuk sekolah. Itu hal yang wajar saat ini tingkat kunjungan ke mall turun dan spending turun. Jangan dianggap berlebihan dan pesimis, ini siklus. Upaya setiap mall sangat perlu untuk menarik pengunjung datang," tambahnya.
Sutandi mengatakan di mall-mall yang berada di naungan Pakuwon Group, tingkat kunjungan masih terjaga termasuk pembelian meski angkanya tidak signifikan.
Menurutnya, Semester II Tahun 2025 ini akan sangat berat bagi pengusaha mall. Sebab, satu-satunya momentum untuk mendapat penjualan banyak berada di akhir tahun.
"Memang semester kedua sulit, karena tidak ada momentum untuk mengangkat penjualan karena sudah diborong saat semester 1. Kita menunggu momentum Desember, jadi ketika Oktober, November kami prediksi mulai meningkat. Tapi kita nggak bisa diam juga, di bulan Agustus dan September, kita bikin event semisal belanja Rp 500 ribu dapat gift, jadi setiap mall tentunya mempunyai kreatifitas sendiri untuk meningkatkan daya ungkit pembelian," jelasnya.
"Secara traffic di mall yang berada dalam naungan Pakuwon itu naik, meski kenaikan pengunjung tidak sampai double digit secara persentas. Secara kunjungan masih oke, daya belinya dan penjualan di toko aman meski pertumbuhannya hanya single digit di tengah tingginya inflasi. Daya beli yang menurun memang terasa, dulu orang beli brand mahal, sekarang sudah tidak memandang brand asal enak dipakai, nyaman, harga afordable itu dipilih," tandasnya.
(auh/hil)