Keluarga Pasien Meninggal Usai Operasi Amandel Khawatir Kasusnya Mandek

Keluarga Pasien Meninggal Usai Operasi Amandel Khawatir Kasusnya Mandek

Aprilia Devi - detikJatim
Selasa, 29 Jul 2025 23:00 WIB
Kuasa hukum keluarga korban yang meninggal usai operasi amandel di Sidoarjo.
Kuasa hukum keluarga korban yang meninggal usai operasi amandel di Sidoarjo. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Sidoarjo -

Keluarga R Bhagas Priyo (28), pria yang meninggal usai menjalani operasi amandel di rumah sakit swasta di Sidoarjo masih menanti kejelasan hukum. Setahun setelah peristiwa itu terjadi, keluarga mengaku khawatir kasus ini akan mandek di tengah jalan.

Peristiwa itu terjadi pada 21 September 2024. Pihak keluarga melaporkan kasus tersebut ke Polresta Sidoarjo pada 30 September 2024. Namun hingga kini, belum ada titik terang atas penyebab kematian Bhagas.

"Sampai sekarang proses hukum dari laporan Bu Anju ini masih jalan di tempat," kata kuasa hukum keluarga, Muhammad Nailul Amani saat konferensi pers di Kantor LBH Nurani, Selasa (29/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mempertanyakan keseriusan pihak kepolisian dalam menangani perkara ini.

"Kalau memang butuh bukti tambahan, harusnya penyidik berkoordinasi dengan kami. Mengingat ini adalah menyangkut masalah nyawa seseorang. Di sini keluarga sudah satu tahun lamanya berjuang untuk keadilan anaknya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Nailul juga menyoroti lambannya proses penanganan. Ia menyebut Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) terakhir baru diterima pada Juni 2025, dan statusnya pun masih dalam tahap penyelidikan.

"Bayangkan, dari Oktober 2024 sampai Juni 2025, belum ada kejelasan," imbuhnya.

Ibu korban, Anju Vijayanti, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap proses medis yang dijalani anaknya. Ia menduga pihak rumah sakit melakukan malapraktik. Salah satunya karena tidak memberikan edukasi sebelum tindakan operasi dilakukan.

"Tidak ada edukasi bahwa anak saya harus puasa itu tidak ada. Hanya ketemu dokter THT itu pun dokter tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh anak saya. Yang kedua tidak ada diperiksa pun itu tidak, dipegang pun tidak sama dokter THT," tuturnya.

Lebih lanjut, Anju menyebut bahwa anaknya bahkan sempat diberikan makan sebelum operasi dan tekanan darahnya sempat tercatat tinggi, yakni 180/200.

"Kalau tensi setinggi itu, kenapa tetap dioperasi?" katanya.

Yang membuat Anju semakin terpukul adalah anggapan bahwa kematian anaknya dianggap sebagai takdir semata.

"Yang menyakitkan bukan hanya kehilangan, tapi ketika kematian anak saya dianggap bukan tanggung jawab (siapa pun)," ujarnya.

Keluarga kini telah menyiapkan bukti dan saksi baru untuk diserahkan ke penyidik. Harapannya, kasus ini bisa ditangani secara transparan dan adil.

Diberitakan sebelumnya R Bhagas Priyo, (28) warga Sepande, Sidoarjo meninggal dunia usai menjalani operasi amandel di sebuah rumah sakit swasta di Sidoarjo pada Sabtu (21/9). Keluarga menduga kematiannya diduga karena malapraktik.

"Sepuluh hari sebelum operasi, kami melakukan cek medis di rumah sakit. Hasilnya, dokter hanya menyebut ada amandel, tidak ada penyakit lain," kata Anju V (49), Ibu kandung Bhagas kepada detikJatim, Selasa (1/10/2024).

Anju pun mengira kematian anaknya ada yang tak beres. Ia lantas menyebut ada dugaan kelalaian rumah sakit dalam menjalani operasi. Salah satunya tidak ada surat persetujuan keluarga yang biasanya menjadi syarat operasi.

Setelah dinyatakan meninggal, dokter memberi tahu keluarga bahwa Bhagas meninggal akibat serangan jantung. Dokter juga menyebut ada flek hitam di paru-paru korban yang diduga akibat kebiasaan merokok.

"Tapi anak saya tidak pernah merokok. Ketika saya sampaikan itu, dokter justru bilang mungkin karena tubuhnya gemuk," kata Anju.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads