Heboh Siswa SMP Dikeroyok Teman Saat MPLS di Blitar

Round Up

Heboh Siswa SMP Dikeroyok Teman Saat MPLS di Blitar

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Selasa, 22 Jul 2025 09:39 WIB
Siswa di Blitar dikeroyok saat MPLS
Siswa di Blitar dikeroyok saat MPLS/Foto: Tangkapan layar
Blitar -

ideo diduga pengeroyokan terhadap seorang siswa SMP di Kabupaten Blitar saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) viral di media sosial. Peristiwa yang memantik kecaman warganet ini terjadi di lingkungan sekolah dan memperlihatkan aksi kekerasan oleh sejumlah siswa terhadap seorang siswa laki-laki berseragam batik hijau.

Video yang beredar luas, terutama di Facebook, menampilkan korban dipukul dan dikeroyok oleh beberapa siswa lain, sementara sejumlah siswa lainnya menyaksikan tanpa melerai. Beberapa pelaku tampak mengenakan seragam olahraga dan jaket hitam. Ada tiga potongan video yang diunggah dan menyulut perhatian publik sejak akhir pekan.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blitar, Adi Andaka, membenarkan bahwa peristiwa itu terjadi saat kegiatan MPLS hari terakhir, tepatnya pada Jumat (18/7/2025), di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Doko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Benar, kejadian pada Jumat (18/7) kemarin saat anak-anak kerja bakti di sekolah tersebut. Semua masih kelas 7, baik terduga pelaku dan korban masih satu kelas tapi masih kami dalami," kata Adi saat ditemui detikJatim, Senin (21/7/2025).

Adi menjelaskan bahwa peristiwa kekerasan itu berawal dari saling olok antara siswa, yang kemudian berujung pada aksi pemukulan.

ADVERTISEMENT

"Pihak sekolah kemudian melakukan investigasi, ternyata ada sekitar 12 anak yang diduga terlibat. Terdiri satu korban dan tiga terduga pelaku. Awalnya dari olok-olokan, akhirnya terjadilah seperti yang viral itu," jelasnya.

Permintaan Maaf dan Mediasi

Pihak sekolah dan Dinas Pendidikan menyebut telah terjadi permintaan maaf dari para terduga pelaku kepada korban dan keluarganya. Pertemuan itu dilakukan di rumah korban dan disaksikan oleh kepala dusun serta bhabinkamtibmas setempat.

"Kami sudah mendapatkan informasi dari pihak sekolah, bahwa memang benar ada kejadian itu pada Jumat (18/7). Mereka sudah meminta maaf kepada keluarga korban, didampingi dengan kepala dusun dan bhabinkamtibmas di rumah korban," ungkap Adi.

Keluarga korban, menurut Adi, mengajukan beberapa permintaan, termasuk jaminan keselamatan korban di lingkungan sekolah.

"Mereka meminta maaf di rumah korban, kemudian ada kesepakatan bahwa keluarga korban meminta jaminan keamanan selama di sekolah dan di luar. Kemudian para pelaku agar dibina oleh babinsa dan bhabinkamtibmas setempat," terangnya.

Meski demikian, Disdik tetap menurunkan tim untuk klarifikasi dan belum dapat memastikan adanya sanksi.

"Kami belum bisa pastikan ada sanksi dan sebagainya, tapi kami sudah meminta petugas Disdik ke sana. Kami akan tunggu hasilnya dulu," kata Adi.

Polisi Turun Tangan, 18 Saksi Diperiksa

Sementara itu, Satreskrim Polres Blitar juga telah turun tangan menyelidiki kasus ini. Pihak kepolisian telah memeriksa 18 saksi yang diduga mengetahui atau terlibat dalam kejadian tersebut.

"Kami sudah menerima laporan itu, saat ini sedang ditangani Satreskrim Polres Blitar. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (18/7), kemudian dilakukan mediasi di tingkat Desa. Hari ini dilanjutkan kembali (didalami), tapi sudah viral," ujar Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman.

Arif menambahkan bahwa penyelidikan dilakukan secara menyeluruh, termasuk mendatangi lokasi kejadian, salah satu SMP di Kecamatan Doko.

"Setelah menerima laporan kami laksanakan serangkaian penyelidikan. Termasuk meminta keterangan dari saksi, kurang lebih ada sekitar 18 orang. Secara garis besar kami sudah mengantongi keterangan itu," jelasnya.

Karena kasus ini melibatkan siswa di bawah umur, proses hukum akan berjalan dengan memperhatikan Undang-Undang Perlindungan Anak. Proses hukum akan terus berjalan apabila tidak ada kesepakatan yang tercapai.

"Tentu akan kami sesuaikan dengan undang-undang perlindungan anak. Yang jelas kami tetap akan mengawal perkara ini, dan kepada masyarakat silakan melapor kepada kami apabila ada peristiwa yang berpotensi adanya perundungan," tegas Arif.

Kronologi Dugaan Pengeroyokan

Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo, memaparkan bahwa korban, siswa baru berinisial WV (12), awalnya dipanggil oleh kakak kelasnya dan diajak ke kamar mandi belakang sekolah. Di sana telah berkumpul sekitar 20 siswa lain.

"Mulanya ada seorang siswa memukul pipi kiri korban dan menendang bagian perut korban. Aksi tersebut diduga memicu siswa lain ikut melakukan pengeroyokan secara bersama-sama," terang Momon.

Tak hanya mengalami kekerasan fisik, korban juga mendapatkan ancaman agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada guru atau orang tuanya.

"Kami sudah meminta korban untuk visum, dan meminta keterangan saksi. Gelar perkara juga akan kami laksanakan dalam waktu dekat untuk menentukan langkah hukum selanjutnya. Mohon waktu," tandasnya.

Meski mengalami kekerasan, kondisi korban dilaporkan dalam keadaan sehat. Dinas Pendidikan memastikan bahwa pendampingan psikologis akan diberikan, tidak hanya kepada korban tapi juga kepada para terduga pelaku.

"Kondisi korban tidak apa-apa, makanya ada kesepakatan itu. Tapi kami tetap akan sampaikan pendampingan psikologis, baik untuk korban dan para terduga pelaku," tutup Adi.




(auh/hil)


Hide Ads