Rentetan gempa mengguncang Jawa Timur sejak Kamis malam (17/7) hingga Sabtu pagi (19/7) yang berpusat di wilayah Lumajang dan Probolinggo. Gempa-gempa ini terjadi berulang kali dengan kekuatan ringan hingga sedang, sehingga membuat puluhan rumah rusak.
BPBD Kabupaten Probolinggo mencatat total ada 64 kali gempa bumi sejak 3 hari terakhir. Titik gempanya berubah-ubah dan tidak ada korban jiwa.
Salah satu gempa tercatat berpusat di timur laut Kabupaten Lumajang dengan kedalaman 16 km. Lokasinya berada di 8.09 LS dan 113.39 BT, sekitar 18 km timur laut Kabupaten Lumajang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar Geologi ITS, Prof Dr Ir Amien Widodo MSi, mengungkapkan bahwa gempa-gempa ini berkaitan dengan keberadaan sesar di dekat kawasan gempa, yakni di gunung berapi di Lumajang.
"Kalau sesar yang paling dekat di situ itu sesar Probolinggo yang sudah dilakukan penelitian oleh Pusat Studi Gempa Nasional. Itu arahnya agak utara-selatan. Tapi kayaknya itu dekat dengan gunung api Lemongan (Lumajang)," kata Prof Amien saat dihubungi detikJatim, Sabtu (18/7/2025).
Ia menjelaskan, karakter gunung berapi memungkinkan magma dari dalam bumi mendorong ke atas. Kemudian menabrak bebatuan yang dilewati magma.
"Pada waktu kedorong oleh magma tadi bisa menimbulkan retak-retak itu. Retak-retak itu bisa terekam sebagai gempa tadi. Makanya gempanya kecil-kecil, biasanya maksimum sampai 4 (magnitudo). Jadi ada perjalanan magma menuju ke atas," jelasnya.
Prof Amien juga membaca laporan dari Badan Geologi, ternyata memang gempa tersebut bersamaan dengan adanya aktivitas Gunung Lemongan yang mulai aktif.
"Jadi gempa-gempa tadi itu di sekitar Gunung Lemongan," ujarnya.
Meski demikian, ia memastikan bahwa gempa tersebut tidak terlalu berbahaya, karena hanya berupa getaran yang terasa di permukaan.
"Tapi walaupun skala 3 (magnitudo), karena letaknya jaraknya dekat (Gunung Lemongan), maka getarannya terasa. Jadi getarannya lebih terasa di atasnya langsung," pungkasnya.
(auh/abq)