Fasilitas Tak Memadai, Atlet Panjat Tebing Ponorogo Latihan dengan Waswas

Fasilitas Tak Memadai, Atlet Panjat Tebing Ponorogo Latihan dengan Waswas

Charolin Pebrianti - detikJatim
Jumat, 11 Jul 2025 22:15 WIB
Para atlet panjat tebing Ponorogo
Para atlet panjat tebing Ponorogo (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Prestasi atlet panjat tebing Kabupaten Ponorogo yang kerap mengharumkan nama daerah di tingkat provinsi ternyata tidak sebanding dengan kondisi sarana latihan yang mereka miliki. Wall climbing milik Pemkab Ponorogo yang berada di kawasan Taman Kelono Sewandono dinilai jauh dari kata layak dan bahkan membahayakan keselamatan atlet.

Kondisi ini diungkapkan Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Cabang Ponorogo, Relelyanda Solekha Wijayanti. Ia menyebutkan bahwa banyak atletnya lebih memilih berlatih di luar daerah karena kekhawatiran terhadap kondisi wall climbing yang usang dan nyaris tak pernah mendapat perbaikan signifikan.

"Kita itu kalah fasilitas dengan daerah lain yang memiliki wall climbing standar nasional. Di Ponorogo, kondisi dinding sudah rapuh dan tidak layak untuk latihan intensif, apalagi untuk persiapan kompetisi," ungkap Lely, Jumat (11/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan setinggi 20 meter itu, lanjut Lely, sebetulnya menyimpan potensi besar untuk pengembangan olahraga panjat tebing di Ponorogo. Sayangnya, minimnya perhatian dari pemerintah daerah membuat fasilitas tersebut stagnan bahkan terkesan terbengkalai.

"Fasilitas itu sangat berpengaruh terhadap mental dan kesiapan teknis atlet. Kalau kita ingin mencetak atlet profesional, maka fasilitas dasar seperti wall climbing harus sesuai standar. Kita sering adakan kejuaraan tingkat kabupaten, tapi infrastruktur latihannya tidak mendukung," jelasnya.

ADVERTISEMENT

FPTI Ponorogo sebelumnya mencatat torehan membanggakan dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2025, yakni satu medali emas dan dua medali perak. Menurut Lely, capaian itu seharusnya bisa menjadi indikator bahwa panjat tebing layak mendapat prioritas perhatian lebih.

"Kemarin tidak semua nomor kita ikut di Porprov karena keterbatasan jenis dinding yang kita miliki. Harapannya, ke depan tidak hanya panjat tebing, tapi semua cabor bisa dapat perhatian lebih dari Pemkab," tegasnya.

Salah satu atlet andalan Ponorogo, Putri Wijaya Berliana, yang menyumbangkan medali emas, juga angkat bicara. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengaku tetap bersyukur bisa mengharumkan nama daerah, meskipun harus berlatih dalam keterbatasan.

"Yang di Porprov 2025 ini saya dapat 1 emas di kelas perorangan, sama 2 perak di kelas beregu putri dan speed mix," ujar Putri.

Dengan tingginya minat generasi muda terhadap olahraga panjat tebing di Ponorogo, baik Lely maupun Putri berharap pemerintah setempat segera membenahi fasilitas wall climbing agar pembinaan atlet bisa dilakukan secara maksimal dan berkelanjutan.




(auh/abq)


Hide Ads