Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Ponorogo, Relelyanda Solekha Wijayanti, menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian para atlet panjat tebing Ponorogo yang baru saja berlaga di Porprov Jatim 2025. Ia menyebut hasil ini membanggakan, namun juga menjadi momentum penting untuk memikirkan regenerasi dan penguatan infrastruktur olahraga tersebut di Bumi Reog.
"Pertama, syukur alhamdulillah, para atlet sudah pulang dalam keadaan sehat wal afiat dan membanggakan kita semua, masyarakat Ponorogo dan cabang olahraga panjat tebing," ujar Relelyanda saat ditemui, Senin (7/7/2025).
Dalam ajang Porprov tersebut, FPTI Ponorogo mengirim enam atlet dan berhasil membawa pulang tiga medali: satu emas dan dua perak untuk kategori beregu. Meski demikian, Relelyanda mengungkapkan bahwa Ponorogo sebenarnya tidak dapat mengikuti semua kelas karena keterbatasan fasilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak bisa ikut semua kelas karena fasilitas wall panjat tebing kita kurang bervariatif. Ini menjadi tantangan ke depan yang harus kami evaluasi," ujarnya.
Ia menegaskan, keterbatasan fasilitas membuat para atlet Ponorogo tidak bisa bersaing maksimal dengan daerah-daerah lain seperti Surabaya dan Malang yang punya sarana latihan lebih lengkap dan modern.
"Kita kalah fasilitas dengan kota-kota besar. Padahal, cabang ini cukup diminati dan bahkan menjadi ekstrakurikuler di sekolah-sekolah seperti di SMA Slahung dan Badegan," katanya.
Relelyanda berharap Pemerintah Kabupaten Ponorogo bisa memberikan perhatian lebih, salah satunya dengan menyediakan reward yang layak untuk para atlet berprestasi demi meningkatkan motivasi dan semangat berlatih.
"Kami memohon ke Pemkab Ponorogo untuk bisa memberikan reward yang pantas kepada para atlet ini, supaya muncul motivasi untuk terus berprestasi di Ponorogo," tambahnya.
Tak hanya soal penghargaan, Relelyanda juga menyoroti pentingnya relokasi fasilitas wall panjat tebing yang saat ini berada di kawasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Ia menyebut sering terjadi persoalan penggunaan lahan antara FPTI dan DLH.
"Kami ingin fasilitas wall panjat tebing ini dipindahkan ke lokasi bekas lapangan panahan. Selama ini sering terjadi perselisihan karena lokasi wall sekarang berada di lingkungan DLH," jelasnya.
Menutup pernyataannya, Relelyanda menegaskan bahwa target FPTI Ponorogo adalah memiliki fasilitas panjat tebing yang mumpuni dan sesuai standar nasional dalam anggaran tahun 2026.
"Target kami di anggaran 2026, kami sangat berharap kepada Pak Bupati agar bisa menyediakan wall panjat tebing yang sesuai standar. Ini penting untuk masa depan olahraga panjat tebing Ponorogo," pungkasnya.
(auh/abq)