Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya menghadapi 3 tantangan besar, salah satunya era litigious. Tantangan ini harus dilalui oleh 136 pengurus baru periode 2025-2028.
Ketua IDI Surabaya, dr Muhammad Shoifi SpOT (K), menyebut tantangan pertama adalah liberalisasi kesehatan, termasuk liberalisasi kedokteran.
Kedua, masyarakat saat ini disebut sebagai litigious atau litigasi. Era litigious ini seringnya dokter berhadapan dengan tuntutan hukum atau dokter memungkinkan menghadapi gugatan malpraktik atau masalah hukum lainnya yang berkaitan dengan perawatan pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berada pada situasi yang disebut sebagai litigious society," kata Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumalogi ini kepada wartawan usai pelantikan pengurus IDI Cabang Surabaya, Senin (7/7/2025).
Ketiga, fenomena milenialisme. Di mana menuntut organisasi dokter lebih adaptif terhadap perubahan nilai dan pola pikir generasi baru.
"Ini harus menjadi tantangan besar bagi IDI Cabang Surabaya, bagi organisasi profesi dokter untuk bisa memberikan jawaban-jawaban, memberikan solusi terhadap semua kebutuhan dan kepentingan dari anggota kita," tambahnya.
Pada periode ini, IDI Surabaya melakukan penyesuaian struktur organisasi pada jumlah bidang, biro, badan, dan pusat ditingkatkan dari periode sebelumnya. Tujuan penyesuaian ini untuk merespons dinamika kebutuhan anggota dan perubahan tantangan profesi medis.
"Kepengurusan kali ini memang lebih banyak. Ini sebuah jawaban terhadap tantangan dari anggota kita yang juga mengalami proses perubahan besar, dan juga tantangan yang kita hadapi di masyarakat," jelasnya.
Sementara Ketua Bidang Organisasi IDI Wilayah Jawa Timur, dr M Rofiq Hudiono mengatakan, selain memperkuat profesionalisme dan perlindungan hukum, IDI Surabaya juga harus berkomitmen. Khususnya mendukung agenda strategis pemerintah, salah satunya penanganan stunting.
"Pemerintah butuh penanganan stunting. Maka IDI Cabang Surabaya juga membentuk bidang dalam mendukung pemerintah mengatasi stunting," pungkasnya.
(auh/abq)