Jalil, salah satu keluarga Wani, menyampaikan awalnya ingin menggunakan kapal khusus pasien (speedboat ambulans) yang selain gratis, juga bisa lebih cepat sampai ke rumah sakit. Namun setelah mendapatkan informasi bahwa kapal tersebut tidak bisa digunakan, ia segera mencari alternatif lain.
"Saya dengar kapal khusus pasien(speedboat pasien) rusak. Makanya saya langsung sewa perahu 400 ribu, yang penting mertua saya bisa dibawa ke rumah sakit," kata Jalil, Sabtu (5/7/2025).
Dengan menggunakan perahu itu, waktu perjalanan laut menjadi lebih lama, yakni sekitar dua jam. Selain itu, kondisi perahu yang kecil dan tidak memiliki ruang tertutup membuat pasien harus menahan hempasan angin langsung dan percikan ombak yang cukup tinggi.
"Kurang lebih dua jam perjalanan laut, semuanya yang ikut di perahu tersebut ada tujuh orang sama mertua (pasien). Saya, istri dan anak saya, Perawat (puskesmas) dan dua nakhoda perahu," bebernya.
Dengan penuh risiko, pasien tersebut akhirnya sampai di Pelabuhan Tanglong setelah dua jam. Tak berselang lama, ambulans rumah sakit yang dituju menjemputnya di pelabuhan.
"Sampai di Pelabuhan Tanglog itu sekitar pukul enam pagi soalnya jam setengah tujuh itu sudah masuk di rumah sakit Qonaah," tandasnya.
Sebelumnya, sebuah video memperlihatkan pemandangan memilukan saat seorang pasien kritis asal Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, diangkut menggunakan sampan kayu menuju rumah sakit. Momen haru itu direkam warga dan menyebar di media sosial hingga viral.
Dalam video berdurasi 15 detik tersebut, tampak seorang pasien terbaring lemah di atas perahu kecil yang terombang-ambing di tengah ombak. Di sampingnya, seorang perempuan terlihat resah sembari memegangi kepala pasien yang masih terinfus.
(auh/abq)