Sampan itu beberapa kali bergoyang saat menyibak ombak yang cukup tinggi. Cuaca memang sedang tidak bersahabat. Bibir wanita di atas perahu kayu itu terus bergerak halus. Tangan kanannya terus mengelus dahi laki-laki yang terbaring lungkrah di hadapannya.
Laki-laki yang seluruh tubuh kecuali kepalanya terbalut selimut itu tampak tak berdaya. Matanya terpejam sementara hidungnya terpasang selang alat bantu pernapasan. Video berdurasi 15 detik itu menampilkan sebuah ironi tentang akses kesehatan yang belum merata.
Orang-orang di dalam video yang viral itu diketahui berasal dari Pulau Mandangin, Sampang. Mereka sedang mengantarkan seorang pasien yang dalam kondisi kritis dan harus dirujuk ke rumah sakit dengan peralatan yang lebih lengkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alimuddin, salah seorang warga Pulau Mandangin memastikan orang-orang dalam video itu memang terangganya. Dia sebutkan, perahu yang mereka naiki adalah perahu nelayan Pulau Mandangin yang biasa dipakai untuk mencari kepiting.
"Itu Mohammad Wani (67) warga Dusun Barat, Pulau Mandangin, Sampang. Kelihatannya pakai sampan (perahu kecil) mau ke rumah sakit," kata Ali kepada detikJatim, Jumat (4/7/2025).
Menurut Ali, pasien yang dibawa keluar pulau itu kondisinya cukup parah. Meski demikian dia mengaku belum tahu pasti penyakit apa yang diderita tetangganya itu.
"Biasanya kalau sudah dibawa keluar Pulau Mandangin itu pasien yang membutuhkan perawatan khusus. Cuma sakitnya apa saya tidak tahu pasti," tandasnya.
Jalil salah satu anggota keluarga Mohammad Wani mengatakan peristiwa itu terjadi Kamis (3/7). Ada 7 orang di atas perahu itu termasuk seorang perawat puskesmas yang mendampingi mereka selama kurang lebih 2 jam perjalanan di laut.
"Iya pasiennya itu mertua saya. Itu kejadiannya kemarin (Kamis) pagi mau dibawa ke rumah sakit. Waktu itu kondisi mertua saya kritis dan harus segera di bawa ke rumah sakit makanya naik perahu seadanya," ujarnya.
Jalil mengaku terpaksa membawa mertuanya yang kritis naik perahu kecil. Tidak ada pilihan lain. Perahu itu dia sewa dengan biaya Rp 400 ribu untuk sekali antar. Belum pulangnya. Ini karena kapal yang biasa pengantar pasien rujukan sedang rusak.
Dia menceritakan bahwa mertuanya itu beberapa kali tidak sadarkan diri saat dirawat di Puskesmas di Pulau Mandangin. Karena itulah dia segera mengambil keputusan tanpa memikirkan risiko lain. Padahal ombak sedang tidak bersahabat.
"Saya hanya berfikir bagaimana mertua saya itu bisa sampai ke rumah sakit. Soal resiko lain saya nggak mikir. Alhamdulillah sampai dan tertangani," katanya.
Perjalanan mengantar pasien itu direkam oleh salah satu anggota keluarga yang turut serta mengantarkan Mohammad Wani. Begitu video itu dikirimkan ke media sosial, segera saja viral dan menuai banyak simpati warganet.
(dpe/hil)