Industri Halal Jadi Kunci Indonesia Maju, Ini Potensi dan Tantangannya

Industri Halal Jadi Kunci Indonesia Maju, Ini Potensi dan Tantangannya

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 04 Jul 2025 06:00 WIB
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Imron Mawardi SP.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Imron Mawardi SP. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Industri halal dinilai dapat menjadi salah satu kunci untuk mendorong terwujudnya Indonesia Maju. Peluangnya pun besar sebab mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Imron Mawardi SP mengatakan bahwa pasar industri halal juga sangat besar, baik dari segi konsumen serta produsen.

"Dengan 230 juta penduduk muslim, kita punya pasar domestik yang kuat dan juga potensi ekspor ke negara-negara mayoritas muslim yang jumlahnya mendekati dua miliar jiwa," ujar Imron, Jumat (4/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu juga sejalan pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menekankan mengenai pentingnya kemandirian di dalam berbagai sektor industri halal. Seperti keuangan syariah, makanan dan minuman, sampai fesyen muslim dan konten islami.

Akan tetapi, Imron menyebut bahwa Indonesia juga harus menghadapi beberapa tantangan struktural yang bisa menghambat posisinya sebagai produsen utama dari produk halal.

ADVERTISEMENT

Salah satunya yakni struktur ekonomi biaya tinggi. Imron menerangkan bahwa biaya modal dan margin pembiayaan di Indonesia saat ini masih berada di atas negara pesaing, contohnya Thailand dan Vietnam.

"Selain itu, skala industri halal di Indonesia juga masih didominasi pelaku UMKM yang kurang efisien. Kemudian masalah produktivitas SDM, infrastruktur distribusi, hingga keterbatasan logistik turut membuat biaya produksi menjadi mahal," terangnya.

Padahal meski belum terklasifikasi secara formal, sektor-sektor industri halal seperti makanan fesyen, farmasi, pariwisata, sampai keuangan syariah pun telah berkontribusi besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Lebih dari 60 persen PDB nasional sejatinya berasal dari sektor yang termasuk dalam industri halal. Maka pemerintah perlu membentuk sentra yang memfasilitasi UMKM agar lebih konsisten dan efisien di dalam produksi dan siap ekspor," ungkapnya.

Imron pun menyarankan untuk fokus di enam sektor utama yakni keuangan syariah, makanan halal, fesyen muslim, farmasi dan kosmetik, media dan rekreasi untuk mendung Indonesia agar naik peringkat.

"Perlu inovasi bukan hanya dari segi produk, namun juga proses. Mulai pendanaan hingga distribusi harus sesuai prinsip halal dan thayyib," tuturnya.

Terakhir, ia juga menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara agar saling mengakui sertifikasi halal. Hal ini menjadi strategi non-tarif demi menjaga daya saing produk lokal.

"Sertifikasi halal bisa menjadi barrier to entry bagi produk asing dan memperkuat posisi kita sebagai produsen global," pungkasnya.




(auh/hil)


Hide Ads