Heboh Ratusan Calon Siswa Banyuwangi Kena Prank SPMB

Round Up

Heboh Ratusan Calon Siswa Banyuwangi Kena Prank SPMB

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Rabu, 02 Jul 2025 10:15 WIB
Elizabeth Wulandari Widiastuti menunjukkan bukti pemberitahuan anaknya diterima di SMAN 1 Giri Banyuwangi.
Elizabeth Wulandari Widiastuti menunjukkan bukti pemberitahuan anaknya diterima di SMAN 1 Giri Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
Banyuwangi -

Harapan ratusan anak untuk mengenyam pendidikan di sekolah negeri pupus dalam sekejap. Sebanyak 123 calon siswa SMA Negeri 1 Giri, Banyuwangi, harus menerima kenyataan pahit setelah dinyatakan diterima melalui Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), namun sesampainya di sekolah malah dinyatakan tak kebagian kursi.

Di balik kisruh ini, terselip kisah pilu para orang tua yang menangis memperjuangkan masa depan anak mereka di hadapan sistem yang tak berpihak.

Sebanyak 123 calon siswa yang hendak daftar ulang ke SMA Negeri 1 Giri, Banyuwangi, merasa menjadi korban prank Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB). Mereka sempat mendapatkan notifikasi diterima melalui jalur pemenuhan kuota, namun saat datang ke sekolah justru diberi kabar kursi sudah penuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa memilukan ini terjadi pada Selasa (1/7/2025). Para orang tua menyebut telah menerima notifikasi resmi di aplikasi PPDB sekitar pukul 07.00 WIB yang menyatakan anak mereka diterima. Namun, harapan itu buyar sesampainya di sekolah.

Nuryanto, salah satu orang tua siswa, mengaku kecewa berat. Ia menilai ini sebagai prank yang mencederai semangat orang tua dalam memperjuangkan pendidikan terbaik bagi anak.

ADVERTISEMENT

"Ini mengecewakan, kami kena prank. Nomor PIN anak kami sudah terkunci dan nggak bisa daftar ke sekolah lain padahal ini hari terakhir. Sampai sini kami malah ditolak," jelas Nuryanto.

Senada, Titin, orang tua lain, menuturkan dirinya rela menunggu lebih dari tiga jam di sekolah, hanya untuk pulang dengan tangan hampa.

"Sudah tidak bisa daftar ke sekolah lain, padahal kemarin mau daftar ke SMK kok malah dapat info diterima. Kami ke sini ternyata katanya kesalahan sistem," kata Titin dengan nada geram.

Kisah pilu datang dari Elizabeth Wulandari Widiastuti, ibu tunggal asal Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi. Ia datang ke sekolah membawa berkas lengkap dan notifikasi resmi PPDB Jatim yang menyatakan anaknya, Maria Caroline Seftiani Sawitry, diterima di SMAN 1 Giri melalui jalur domisili.

"Saya dan anak saya sudah ke sekolah pagi karena jam 4 itu sudah ada pengumuman kalau anak diterima dan ini sah, resmi dari website PPDB. Sampai di sekolah, jangankan dilihat berkas saya, baru masuk sudah disuruh pulang," ujar Elizabeth.

"Anak saya pinter, gak neko-neko, dan nilainya bagus terus. Tapi ini ambil domisili karena rumahnya kan dekat, dan peluangnya (seharusnya) lebih besar," tambahnya.

Elizabeth pun curiga ada permainan di balik sistem penerimaan ini. "Logikanya, anak saya masuk daftar nomor 7 katanya kuota tinggal 3 kenapa kok masih dibuka. Harusnya ditutup dan tidak diumumkan diterima. Bagaimana nasib anak saya? Kan harusnya dia bisa masuk SMA sini," katanya sambil meneteskan air mata.

Sebagai ibu tunggal dengan tiga anak, Elizabeth mengaku cemas bila putrinya harus masuk sekolah swasta karena terkendala biaya.

"Saya ini janda anak 3 mbak, cari uang sendiri untuk sekolahkan anak. Kok dibeginikan anak saya, swasta mungkin bisa masuk tapi biayanya pasti tinggi," ujarnya lirih.

Tanggapan Kepsek hingga Wagub Jatim

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Giri, I Ketut Renen menjelaskan, kuota rombongan belajar di sekolahnya sudah terpenuhi sejak Senin malam. "Total kuota di sekolah kami sudah terpenuhi, makanya kami kaget ketika ada 123 siswa mau daftar ulang melalui jalur pemenuhan kuota," tegasnya.

Ia menyebut segera menghubungi Dinas Pendidikan Provinsi Jatim begitu mengetahui situasi ini. "Kami konfirmasi langsung ke dinas dan katanya ada perbaikan sistem. Kami meminta agar nomor PIN 123 siswa ini dibuka sehingga mereka bisa daftar ke SMK lain. Karena kalau di sekolah kami sudah tidak mungkin," katanya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, turut buka suara. Ia memastikan kasus seperti ini hanya terjadi di Banyuwangi, bukan di daerah lain di Jatim. Emil meminta sistem PPDB sementara dihentikan sambil mencari solusi.

"Pertama saya minta itu sistem di-pending dulu. Kedua kita akan lihat kepada yang sudah menerima bukti-bukti penerimaan untuk menunggu terlebih dahulu," kata Emil di Gedung Negara Grahadi.

Ia pun menegaskan Pemprov Jatim tidak akan lepas tangan terhadap nasib para siswa ini. "Yang sudah dapat bukti diterima ini nggak boleh kita biarkan. Syukur-syukur mereka berhak diterima, kalau misal nggak kan akan kita pikir nasibnya," ujar Emil.

Emil meminta waktu untuk menyelesaikan persoalan ini.

"Sabar bos, ini nasib masa depan orang. Saya sudah warning keras jangan sampai ada kejadian ini lagi," tandasnya.

Hingga kini, ratusan siswa dan orang tua mereka masih berharap keajaiban. Banyak di antara mereka terpaksa mendaftar ke sekolah swasta, khawatir anaknya kehilangan kesempatan pendidikan, sementara upaya mencari keadilan di tengah sistem digital yang amburadul masih terus berjalan.




(auh/hil)


Hide Ads