Pemkot Surabaya segera menerapkan jam malam terhadap anak di bawah 18 tahun. Mereka dilarang keluyuran di atas pukul 22.00 WIB. Kebijakan ini akan dimulai Juli dan sweeping pada anak yang keluyuran akan diterapkan.
Hal itu seperti disampaikan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Dia sebutkan bahwa dirinya akan melakukan sweeping anak pada batasan jam malam. Sweeping dilakukan setelah sosialisasi selesai.
"Ini kita sosialisasi sekitar 10 hari, mungkin setelah minggu depan kita baru akan sweeping. Sosialisasi kita masifkan," kata Eri kepada wartawan di Hi Tech Mal Surabaya, Kamis (26/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi anak yang terjaring sweeping, bakal dilakukan pembinaan selama 7 hari dengan bimbingan psikologis. Eri mengatakan, sweeping anak menyasar tempat ruang terbuka. Beberapa sasaran sweeping tersebut salah satunya adalah taman.
Bila dalam sweeping itu masih ditemukan anak di bawah usia 18 tahun keluyuran melewati batas jam malam, maka Pemkot Surabaya tidak akan segan-segan memulangkan mereka ke rumahnya.
"Nanti yang kita lakukan jam malam itu sweeping itu adalah yang di taman-taman. Yang malam-malam di taman, enggak ada orang tuanya, saya suruh pulang," ujarnya.
Selain di ruang terbuka, di perkampungan juga dibentuk satgas yang melibatkan RT/RW hingga komunitas untuk ikut memantau anak. Sehingga tidak ada anak di bawah usia 18 tahun masih keluyuran hingga larut malam.
"Jadi saya ingin melibatkan semuanya. Jadi (penerapan) jam malam ini menggerakkan semua komunitas, menggerakkan LSM untuk memegang di setiap RT/RW," jelasnya.
Peran orang tua juga diperkuat, agar segera mencari anaknya yang masih berada di luar rumah pada pukul 22.00 WIB ke atas.
"Jadi kita ini membangunnya secara bersama. Bukan hanya pemerintah nangkap," katanya.
Ia berharap, dengan pendekatan dari lingkup terkecil, mulai dari orang tua dan kampung bisa efektif mereduksi kenakalan remaja di Surabaya. Dia tak ingin menggunakan cara kekerasan dalam mendidik anak.
"Kalau kita menggunakan kekerasan saja, pokoknya semua ditangkap, ya enggak selesai-selesai. Kita menyelesaikannya harus melalui akarnya. Dari mana? Ya dari yang terkecil," pungkasnya.
(dpe/hil)