6 Fakta Heboh Kabar Konflik Bupati Sidoarjo Subandi dan Wakilnya Mimik

6 Fakta Heboh Kabar Konflik Bupati Sidoarjo Subandi dan Wakilnya Mimik

Auliyau Rohman - detikJatim
Rabu, 25 Jun 2025 09:42 WIB
Paslon Pilbup Sidoarjo Subandi-Mimik.
Bupati Sidoarjo Subandi dan waklinya Mimik (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Hubungan Bupati Sidoarjo Subandi dan wakilnya Mimik Idayana dikabarkan sedang retak. Keduanya belakangan jarang terlihat bersama.

Sejumlah warga berkomentar dan mengingatkan pemimpin mereka. Tidak sedikit warga Sidoarjo menyayangkan kabar tersebut.

Berikut Fakta-fakta Bupati Sidoarjo Subandi-Wakilnya Mimik Dikabarkan Berkonflik:

1. Daripada Konflik, Mending Fokus Atasi Banjir dan Jalan Rusak

Maharani (22), misalnya. Salah satu warga Tulangan menyinggung masalah banjir yang belum tuntas di Sidoarjo. Daripada berkonflik, dia sarankan Subandi dan Mimik berdamai lalu bersama-sama memikirkan solusi atas masalah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurutku daripada konflik gitu ya mending fokus ke penanganan masalah-masalah. Kayak banjir, misal curah hujannya tinggi sungai rawan meluap," kata Maharani kepada detikJatim, Selasa (24/6).

Maharani juga menyinggung tentang sejumlah ruas jalan di kawasan tempat tinggalnya yang masih bisa dikatakan rusak. Selain itu, juga di kawasan Suko Sidoarjo yang menurutnya banyak yang berlubang.

ADVERTISEMENT

2. Penanganan Sampah Juga Belum Optimal

Apa yang disampaikan Maharani senada dengan pendapat Ghofari (24), warga Kecamatan Sukodono. Dia khawatir konflik antara bupati dan wakil bupati bakal bikin banyak masalah di Sidoarjo yang seharusnya bisa diselesaikan cepat jadi tertunda.

"Kalau ada masalah kan bisa diselesaikan gimana baiknya, jangan tiba-tiba konflik, apalagi kalau soal hal private. Takutnya ada kebutuhan wilayah yang belum terselesaikan tertunda karena ada perselisihan ini," katanya.

Selain banjir dan jalan rusak, Ghofari juga menyoroti masalah lain yang juga butuh solusi, yakni masalah sampah. Sekali lagi dia berpesan kepada kepala daerahnya, daripada berkonflik lebih baik fokus bekerja.

"Mending urusono (ngurusin) banjir. Terus masih banyak juga ya permasalahan di Sidoarjo itu, yang kelihatan seperti jalan rusak, terus penanganan sampah (belum optimal)," pungkasnya.

3. Golkar Prihatin

Baik Subandi maupun Mimik memang belum bersuara mengenai kabar bahwa mereka sedang berselisih paham. Namun, kabar ini sebelumnya sudah disampaikan oleh Ketua Golkar Sidoarjo.

"Golkar menjaga komunikasi baik dengan Pak Subandi maupun Bu Mimik. Kami berharap konflik atau perbedaan yang terjadi bisa diselesaikan dengan tabayun dan komunikasi terbuka," kata Ketua DPD Partai Golkar Sidoarjo, Adam Rusydi, Senin (23/6).

4. Gerindra Juga Berharap Subandi-Mimik Segera Berdamai

Bukan cuma Golkar, DPD Gerindra yang menjadi partai politik tempat Mimik Idayana bernaung juga turut bersuara. Wakil Ketua Gerindra Jatim Hidayat berharap Mimik dan Subandi segera berdamai.

"Kami harap keduanya bisa bekerja semaksimal mungkin untuk warga Sidoarjo," katanya, Selasa (25/6).

5. Konflik Subandi-Mimik Seharusnya Tak Terjadi

Pengamat Politik Unair, Fahrul Muzaqqi turut menyayangkan ketidakharmonisan antara Subandi dengan Mimik Idayana. Menurutnya, hal seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi.

"Kan sejak awal sudah ada soal proyeksi kepala daerah dan wakilnya, bahkan itu sudah harus tuntas sebelum mendaftar sebagai calon saat Pilkada," kata Fahrul dikonfirmasi detikJatim, Selasa (24/6).

"Jadi sudah ada kesepahaman soal peran, wilayah kerja, dan yang paling penting itu saling mengerti karakter masing-masing," imbuhnya.

Dia ingatkan bahwa Subandi dan Mimik yang telah dipilih oleh rakyat seharusnya bekerja optimal, saling mengisi, dan saling melengkapi dengan tujuan menyejahterakan rakyat yang memilih mereka.

6. Korban Konflik Subandi-Mimik Adalah Rakyat

Sementara itu, Surokim Abdussalam, Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menyampaikan hal senada. Konflik antara bupati dan wakil bupati tetap saja yang dikorbankan adalah rakyat.

"Menurut saya hal itu tidak boleh terjadi. Masing-masing pihak harus bisa memahami tupoksi, tata kerja dan pembagian job, termasuk membangun intens berkomunikasi agar bisa membangun frekuensi yang positif," ujarnya.

"Patut diingat bahwa keretakan akan mudah memengaruhi kinerja dan membuat koordinasi antar bagian menjadi penuh curiga dan kerap memunculkan intrik negatif yang berujung tidak lagi bisa saling memercayai," sambungnya.




(auh/hil)


Hide Ads