Pak Subandi Bu Mimik, Damai Yuk! Diingatkan Warga Sidoarjo Tuh...

Round-Up

Pak Subandi Bu Mimik, Damai Yuk! Diingatkan Warga Sidoarjo Tuh...

Denza Perdana - detikJatim
Rabu, 25 Jun 2025 08:28 WIB
Subandi-Mimik tasyakuran kemenangan Pilbup Sidoarjo 2024.
Subandi dan Mimik Idayana, Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo yang dikabarkan sedang berkonflik. (Foto: dok. Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Subandi dan Mimik Idayana, Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo belakangan dikabarkan sedang berkonflik dan jarang terlihat bersama. Sejumlah warga berkomentar dan mengingatkan pemimpin mereka.

Warga Sidoarjo menyayangkan kabar ini sembari mengingatkan, daripada berkonflik, akan lebih baik bila Subandi dan Mimik berdamai dan kembali bahu membahu menangani sejumlah masalah yang belum tertangani di Sidoarjo.

Di tengah isu konflik antara Subandi dan Mimik sejumlah masalah yang menjadi sorotan warga Sidoarjo di antaranya seperti masalah banjir, penanganan sampah, juga jalan yang rusak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pak Subandi Bu Mimik, Damai Yuk!

Suara Rakyat Sidoarjo

Maharani (22), misalnya. Salah satu warga Tulangan menyinggung masalah banjir yang belum tuntas di Sidoarjo. Daripada berkonflik, dia sarankan Subandi dan Mimik berdamai lalu bersama-sama memikirkan solusi atas masalah itu.

"Menurutku daripada konflik gitu ya mending fokus ke penanganan masalah-masalah. Kayak banjir, misal curah hujannya tinggi sungai rawan meluap," kata Maharani kepada detikJatim, Selasa (24/6).

ADVERTISEMENT

Maharani juga menyinggung tentang sejumlah ruas jalan di kawasan tempat tinggalnya yang masih bisa dikatakan rusak. Selain itu juga di kawasan Suko Sidoarjo yang menurutnya banyak yang berlubang.

Apa yang disampaikan Maharani senada dengan pendapat Ghofari (24), warga Kecamatan Sukodono. Dia khawatir konflik antara bupati dan wakil bupati bakal bikin banyak masalah di Sidoarjo yang seharusnya bisa diselesaikan cepat jadi tertunda.

"Kalau ada masalah kan bisa diselesaikan gimana baiknya, jangan tiba-tiba konflik, apalagi kalau soal hal private. Takutnya ada kebutuhan wilayah yang belum terselesaikan tertunda karena ada perselisihan ini," katanya.

Selain banjir dan jalan rusak, Ghofari juga menyoroti masalah lain yang juga butuh solusi, yakni masalah sampah. Sekali lagi dia berpesan kepada kepala daerahnya, daripada berkonflik lebih baik fokus bekerja.

"Mending urusono (ngurusin) banjir. Terus masih banyak juga ya permasalahan di Sidoarjo itu, yang kelihatan seperti jalan rusak, terus penanganan sampah (belum optimal)," pungkasnya.

Keprihatinan Parpol Pengusung

Baik Subandi maupun Mimik memang belum bersuara mengenai kabar bahwa mereka sedang berselisih paham. Namun, kabar ini sebelumnya sudah disampaikan oleh Ketua Golkar Sidoarjo.

"Golkar menjaga komunikasi baik dengan Pak Subandi maupun Bu Mimik. Kami berharap konflik atau perbedaan yang terjadi bisa diselesaikan dengan tabayun dan komunikasi terbuka," kata Ketua DPD Partai Golkar Sidoarjo, Adam Rusydi, Senin (23/6).

Bukan cuma Golkar, DPD Gerindra yang menjadi partai politik tempat Mimik Idayana bernaung juga turut bersuara. Wakil Ketua Gerindra Jatim Hidayat berharap Mimik dan Subandi segera berdamai.

"Kami harap keduanya bisa bekerja semaksimal mungkin untuk warga Sidoarjo," katanya, Selasa (25/6).

Reaksi Pengamat Politik

Pengamat Politik Unair, Fahrul Muzaqqi turut menyayangkan ketidakharmonisan antara Subandi dengan Mimik Idayana. Menurutnya hal seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi.

"Kan sejak awal sudah ada soal proyeksi kepala daerah dan wakilnya, bahkan itu sudah harus tuntas sebelum mendaftar sebagai calon saat Pilkada," kata Fahrul dikonfirmasi detikJatim, Selasa (24/6).

"Jadi sudah ada kesepahaman soal peran, wilayah kerja, dan yang paling penting itu saling mengerti karakter masing-masing," imbuhnya.

Dia ingatkan bahwa Subandi dan Mimik yang telah dipilih oleh rakyat seharusnya bekerja optimal, saling mengisi, dan saling melengkapi dengan tujuan menyejahterakan rakyat yang memilih mereka.

Surokim Abdussalam, Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menyampaikan hal senada. Konflik antara bupati dan wakil bupati tetap saja yang dikorbankan adalah rakyat.

"Menurut saya hal itu tidak boleh terjadi. Masing-masing pihak harus bisa memahami tupoksi, tata kerja dan pembagian job, termasuk membangun intens berkomunikasi agar bisa membangun frekuensi yang positif," ujarnya.

"Patut diingat bahwa keretakan akan mudah memengaruhi kinerja dan membuat koordinasi antar bagian menjadi penuh curiga dan kerap memunculkan intrik negatif yang berujung tidak lagi bisa saling memercayai," sambungnya.




(dpe/abq)


Hide Ads