Hari Hutan Hujan Internasional, Ini Lokasinya di Jawa Timur

Hari Hutan Hujan Internasional, Ini Lokasinya di Jawa Timur

Mira Rachmalia - detikJatim
Minggu, 22 Jun 2025 07:00 WIB
Foto udara suasana Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia (TH2TI) di Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Minggu (28/07/2024). TH2TI yang memiliki koleksi 50 ribu pohon dengan luas lahan tanam mencapai 90 hektare tersebut merupakan upaya pemerintah setempat untuk mempertahankan kebaradaan tanaman hutan endemik dan menjadi percontohan pembangunan hutan kota berkelanjutan (forest city) di Ibu Kota Nusantara (IKN). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.
Hutan hujan. Serba-serbi Hari Hutan Hujan dan Lokasinya di Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S
Surabaya -

Setiap 22 Juni, dunia memperingati Hari Hutan Hujan Internasional sebagai upaya mengingatkan pentingnya keberadaan hutan hujan bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan ekosistem. Di Jawa Timur, sejumlah kawasan hutan hujan tropis masih lestari dan menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Hutan hujan merupakan ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tak hanya menjadi rumah bagi lebih dari separuh spesies hewan di dunia, hutan hujan juga berperan vital dalam menjaga kestabilan iklim global dan menyediakan sumber air bersih.

Namun, ironisnya, hutan hujan terus mengalami kerusakan. Setiap detik, sekitar 1,5 hektare hutan hilang, dan dalam satu tahun, lebih dari 78 juta hektare hutan hujan musnah akibat deforestasi, pertambangan, pembalakan liar, dan alih fungsi lahan untuk pertanian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Hari Hutan Hujan Internasional Penting?

Hutan hujan tropis seperti Amazon, Kongo, dan hutan di Asia Tenggara memainkan peran besar dalam menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, serta menjaga siklus air di bumi. Tanpa keberadaan hutan hujan, bumi akan menghadapi konsekuensi serius seperti pemanasan global, kekeringan, banjir, dan kepunahan satwa liar.

Hari Hutan Hujan Internasional dicanangkan untuk mengajak semua pihak baik individu, komunitas, organisasi, dan pemerintahan bersatu melawan deforestasi dan menyelamatkan hutan demi generasi mendatang. Inisiatif ini pertama kali diluncurkan organisasi nirlaba Rainforest Partnership pada tahun 2017.

ADVERTISEMENT

Sejarah dan Peran Rainforest Partnership

Rainforest Partnership didirikan pada 2007 dan berbasis di Texas, AS, namun tim mereka bekerja di lapangan, terutama di Amazon dan Amerika Latin. Organisasi ini fokus pada pelestarian hutan yang bekerja sama dengan komunitas adat, membangun proyek berkelanjutan yang mendukung ekonomi lokal, serta melindungi satwa dan tumbuhan endemik.

Sebagai anggota terafiliasi dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (UN ECOSOC), Rainforest Partnership juga memberikan masukan kepada berbagai organisasi dan korporasi dalam menerapkan praktik berkelanjutan.

Pada 2017, Rainforest meluncurkan Hari Hutan Hujan Internasional sebagai platform global untuk menginspirasi tindakan kolektif. Hingga kini, lebih dari 70 mitra global ikut serta dalam gerakan ini, termasuk media, komunitas lingkungan, hingga sektor pendidikan.

Tagline Hari Hutan Hujan Internasional adalah "Because the World Can't Wait" (Karena Dunia Tidak Bisa Menunggu), yang menjadi seruan kuat untuk menyelamatkan hutan sekarang juga, sebelum terlambat.

Hutan Hujan di Jawa Timur

Jawa Timur masih memiliki hutan hujan tropis yang alami dan terjaga hingga kini? Hutan hujan tersebut berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, yang terletak di Kabupaten Banyuwangi. Secara administratif, taman nasional ini mencakup wilayah Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, membentang luas di atas lahan sekitar 44.037 hektare.

Menurut laman resmi Indonesia.go.id, Alas Purwo merupakan hutan tertua yang ada di Pulau Jawa. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan ini lebih dulu dinobatkan sebagai cagar alam sejak tahun 1920.

Penetapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pelestarian ekosistem di kawasan ini sejak masa kolonial Belanda. Alas Purwo menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Di dalamnya terdapat lebih dari 700 jenis tumbuhan, 50 jenis mamalia, 320 jenis burung, 15 jenis amfibi, dan 48 jenis reptil.

Keanekaragaman ini menjadikan Alas Purwo sebagai salah satu kawasan konservasi yang paling penting di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Taman Nasional Alas Purwo memiliki berbagai tipe ekosistem yang saling terhubung dan masih sangat alami. Beberapa di antaranya meliputi sebagai berikut.

  • Hutan hujan tropis dataran rendah
  • Hutan bambu
  • Hutan mangrove
  • Padang rumput (savana)
  • Pantai alami
  • Goa-goa karst

Keanekaragaman ekosistem ini menjadikan Alas Purwo sebagai tempat ideal untuk penelitian, konservasi, dan juga kegiatan wisata berbasis alam. Dengan segala keunikannya, Taman Nasional Alas Purwo menjadi salah satu destinasi wisata alam unggulan di Jawa Timur.

Para wisatawan bisa menikmati pesona hutan hujan tropis yang masih alami, menjelajahi goa-goa eksotis, bersantai di pantai berpasir putih, hingga menyaksikan satwa liar di habitat aslinya, seperti banteng, rusa, dan burung merak.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads