- Bahaya Memelihara Hewan Buas di Rumah 1. Risiko Penularan Penyakit Zoonosis 2. Bahaya Fisik dan Cedera Serius 3. Dampak Terhadap Kesehatan Mental Pemilik 4. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati 5. Kesejahteraan Hewan yang Terganggu 6. Regulasi Hukum yang Rumit dan Ketat 7. Dampak Lingkungan Rumah dan Sekitar
Warga Kota Surabaya dikejutkan dengan penemuan buaya di tengah pemukiman warga. Setelah ditelusuri buaya tersebut merupakan peliharaan seorang warga.
Sang pemilik mengaku menemukan buaya saat memancing, enam tahun berselang, buaya tersebut membesar menjadi 2 meter.
Memelihara hewan di rumah merupakan kebiasaan yang sudah mengakar di tengah masyarakat. Umumnya, hewan peliharaan seperti kucing, anjing, ikan hias, dan burung menjadi pilihan karena sifatnya yang jinak dan mudah beradaptasi dengan lingkungan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tren memelihara hewan eksotis dan buas kini makin marak. Beberapa orang tergoda untuk memelihara hewan liar seperti ular, kadal, bahkan harimau, sebagaimana yang dilakukan sejumlah tokoh publik dan dibagikan lewat media sosial.
Harus diingat ada bahaya yang mengintai saat memelihara hewan buas. Berikut penjelasannya.
Bahaya Memelihara Hewan Buas di Rumah
Sayangnya, di balik keunikan dan sensasi memiliki hewan yang tak biasa, ada sederet bahaya serius yang mengintai. Memelihara hewan buas di rumah tidak hanya berisiko bagi pemiliknya, tetapi juga bagi lingkungan, keanekaragaman hayati, serta melibatkan aspek hukum yang rumit.
Melansir situs Klik Dokter, berikut ini adalah bahaya utama memelihara hewan buas di rumah yang perlu dipahami secara menyeluruh.
1. Risiko Penularan Penyakit Zoonosis
Salah satu ancaman paling serius dari memelihara hewan buas adalah potensi penularan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Hewan buas sering menjadi pembawa virus, bakteri, atau parasit berbahaya. Misalnya, rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti rakun dan rubah dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Tak hanya rabies, beberapa spesies reptil seperti ular dan kadal juga dapat membawa bakteri salmonella yang mengancam kesehatan manusia, terutama anak-anak dan orang lanjut usia. Kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan-hewan ini meningkatkan risiko infeksi.
Dalam jurnal "Zoonotic Diseases and Public Health", disebutkan bahwa meningkatnya praktik memelihara hewan liar berkontribusi pada lonjakan kasus zoonosis di beberapa negara. Oleh karena itu, kesadaran akan dampak kesehatan ini sangat penting.
2. Bahaya Fisik dan Cedera Serius
Insting alami hewan buas adalah bertahan hidup, berburu, dan menyerang jika merasa terancam. Tidak seperti hewan jinak, mereka tidak mudah beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga. Ketika stres atau merasa terganggu, hewan seperti macan, beruang, atau bahkan primata bisa menjadi sangat agresif.
Banyak kasus cedera serius terjadi akibat serangan hewan buas yang dipelihara di rumah. Luka cakaran, gigitan, atau serangan mendadak bisa menimbulkan infeksi parah bahkan kematian. Risiko ini semakin besar jika pemilik tidak memahami karakter hewan tersebut.
Terlebih, anak-anak di rumah menjadi pihak paling rentan karena mereka belum mampu membaca tanda-tanda agresivitas hewan. Oleh sebab itu, faktor keselamatan fisik harus menjadi pertimbangan utama sebelum seseorang memutuskan untuk memelihara hewan buas.
3. Dampak Terhadap Kesehatan Mental Pemilik
Banyak orang yang memelihara hewan buas tidak menyadari betapa besar beban mental yang harus ditanggung. Hewan buas memerlukan perhatian ekstra, tempat yang luas, makanan khusus, dan perawatan medis yang tidak umum. Jika pemilik tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, tekanan psikologis bisa muncul dalam bentuk stres, kecemasan, bahkan depresi.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Human-Animal Interaction, disebutkan bahwa pemilik hewan eksotis kerap mengalami gangguan emosional akibat tuntutan perawatan yang melebihi ekspektasi awal. Keseimbangan hidup terganggu karena waktu, tenaga, dan biaya yang besar harus dikorbankan demi merawat hewan yang sebenarnya tidak cocok untuk lingkungan domestik.
4. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati
Permintaan pasar terhadap hewan eksotis dan buas untuk dipelihara di rumah menjadi salah satu pemicu maraknya perburuan liar. Banyak spesies ditangkap secara ilegal dari habitat aslinya dan diperjualbelikan tanpa izin. Hal ini menyebabkan populasi hewan di alam terus menurun dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Contohnya, populasi beberapa spesies burung, reptil, dan mamalia eksotis di Indonesia terancam punah karena banyak yang ditangkap untuk dijual sebagai peliharaan. Penurunan jumlah hewan liar berdampak langsung pada rantai makanan dan bisa menyebabkan gangguan ekologi jangka panjang.
Memelihara hewan buas di rumah secara tidak langsung ikut mempercepat kepunahan spesies dan memperburuk kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran terhadap pentingnya menjaga keanekaragaman hayati sangatlah penting.
5. Kesejahteraan Hewan yang Terganggu
Hewan buas memiliki kebutuhan biologis dan psikologis yang hanya dapat dipenuhi di habitat aslinya. Ketika mereka dipelihara di lingkungan yang tidak sesuai, seperti kandang sempit atau suhu ruangan yang tidak cocok, hewan-hewan ini akan mengalami stres kronis.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan perilaku, penyakit, bahkan kematian dini. Misalnya, singa dan harimau yang hidup di dalam kandang kecil tanpa ruang untuk berlari akan mengalami obesitas, frustrasi, dan agresivitas berlebih.
Hewan juga bisa mengalami luka akibat mencoba melarikan diri atau menyerang pemiliknya. Maka dari itu, memelihara hewan buas di luar habitat aslinya merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak-hak dasar hewan.
6. Regulasi Hukum yang Rumit dan Ketat
Memelihara hewan buas tidak semata-mata urusan pribadi, tetapi juga berkaitan dengan hukum. Di Indonesia, pemeliharaan satwa liar diatur oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Beberapa hewan buas masuk dalam daftar hewan dilindungi, sehingga memperolehnya tanpa izin resmi merupakan tindak pidana.
Pelaku bisa dikenai hukuman penjara dan denda yang besar. Bahkan, hewan yang dipelihara secara ilegal dapat disita oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum seseorang memutuskan memelihara hewan buas, penting untuk mengetahui apakah hewan tersebut termasuk satwa dilindungi dan memahami proses perizinannya.
7. Dampak Lingkungan Rumah dan Sekitar
Memelihara hewan buas di lingkungan rumah bukan hanya berisiko bagi pemilik, tetapi juga bagi tetangga dan masyarakat sekitar. Hewan seperti ular, macan, atau buaya dapat melarikan diri dari kandang dan membahayakan warga.
Selain itu, limbah dari hewan buas juga bisa mencemari lingkungan. Kotoran, makanan sisa, dan bangkai hewan yang tidak dikelola dengan benar bisa menjadi sumber penyakit dan polusi lingkungan.
Di sisi lain, kebutuhan ruang dan infrastruktur kandang yang sesuai membuat rumah harus mengalami renovasi besar, yang tentu saja memerlukan biaya tinggi dan tidak efisien untuk tempat tinggal biasa.
Kesadaran akan bahaya memelihara hewan buas di rumah harus terus disosialisasikan demi mencegah risiko kesehatan, konflik hukum, dan kerusakan lingkungan yang lebih luas. Mari bersama-sama menjaga keseimbangan antara manusia dan alam demi masa depan yang lebih harmonis. Semoga bermanfaat.
(ihc/hil)