Di tengah suasana perayaan Idul Adha 1446 Hijriah, di mana umat Islam di Tanah Air menunaikan kewajiban berkurban hewan seperti kambing hingga sapi, pengamat IT menyampaikan potensi kurban digital. Tapi bukan berarti kurban digital ini bisa menggantikan kurban secara fisik.
Supangat PhD, Wakil Ketua 3 Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) Jatim mengatakan di momen Hari Raya Idul Adha ini pembahasan soal kurban biasanya berkutat pada penyembelihan hewan.
Dia tidak akan membantahnya. Dia hanya menawarkan perluasan esensi dari kurban yang tidak hanya soal wujud fisik yang dikorbankan, tetapi soal nilai rela melepaskan sesuatu yang disukai demi hal lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di era digital seperti sekarang, di mana aktivitas manusia banyak bergeser ke dunia maya, makna kurban perlu dilihat dari sudut yang lebih luas. Kurban tetap penting dalam bentuk fisik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari yang sarat teknologi, muncul bentuk-bentuk kurban lain yang layak direnungkan," ujarnya kepada detikJatim, Minggu (8/6/2025).
Menurutnya Idul Adha bisa menjadi momen yang tepat untuk kembali mempertanyakan hal-hal apa saja yang perlu dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar. Seperti waktu, perhatian, kenyamanan, atau keputusan yang menguntungkan dalam jangka pendek tetapi berisiko dalam jangka panjang.
"Dalam dunia yang semakin terhubung oleh teknologi, semangat pengorbanan tetap relevan. Kurban digital bukan soal mengganti ibadah fisik, melainkan soal memperluas makna bahwa pengorbanan juga bisa terjadi di ruang digital, melalui pilihan sadar yang mengedepankan nilai, etika, dan kepentingan bersama," ujarnya.
Supangat mengatakan di lingkungan kerja, khususnya pengelolaan sistem informasi, kurban bisa dimaknai sebagai kesediaan untuk mengambil keputusan yang tidak selalu mudah.
Contohnya, saat muncul godaan mengambil jalan pintas demi menyelesaikan proyek dengan cepat padahal ada risiko keamanan atau etika yang perlu dipertimbangkan.
"Menjaga integritas sistem, melindungi kerahasiaan data pengguna, dan membangun sistem yang aman serta andal, seringkali membutuhkan waktu dan sumber daya lebih. Pengambilan keputusan yang tepat dalam situasi seperti ini merupakan bentuk tanggung jawab profesional sekaligus pengorbanan yang tidak selalu terlihat, namun penting untuk jangka panjang," jelasnya.
Baca juga: Tips Memilih Hewan Kurban Jelang Idul Adha |
Baginya, teknologi tidak sepenuhnya netral. Di balik setiap sistem yang dibangun selalu ada keputusan dan pertimbangan yang telah dibuat oleh manusia. Apakah itu tentang sistem yang dirancang mampu diakses semua pihak atau hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu? Apakah efisiensi menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan atau ada pertimbangan inklusif di dalamnya?
"Saat masih banyak wilayah yang belum mendapatkan akses internet yang memadai, penting untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan tidak menambah jurang ketimpangan. Kurban dalam hal ini bisa berarti menahan keinginan untuk mengejar popularitas teknologi mutakhir dan menggantinya dengan komitmen untuk membangun sistem yang adil, terbuka, dan menyeluruh," urainya.
Supangat menjelaskan kurban dalam kehidupan digital sehari-hari perlu dilakukan karena kehadiran teknologi meski membawa banyak kemudahan tetapi juga memunculkan tantangan baru: waktu yang tersita di depan layar, perhatian terbagi karena notifikasi tanpa henti, dan kebiasaan multitasking yang mempengaruhi kualitas hubungan sosial.
"Dalam kondisi seperti ini, mengurangi distraksi bisa menjadi bentuk pengorbanan. Mengelola penggunaan teknologi secara sadar, membatasi akses media sosial di waktu-waktu tertentu, atau menyediakan waktu khusus untuk hadir secara utuh di tengah keluarga dan rekan kerja, adalah bentuk pengorbanan yang kontekstual di era digital. Hal-hal tersebut mungkin tampak kecil, namun memiliki dampak besar dalam menjaga keseimbangan hidup," pungkasnya.
(dpe/abq)