Hari Burung Beo Sedunia 31 Mei, Ini Sejarah hingga Fakta Menarik

Hari Burung Beo Sedunia 31 Mei, Ini Sejarah hingga Fakta Menarik

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Sabtu, 31 Mei 2025 06:00 WIB
A blue-headed parrot with burned crest and wings is pictured after being rescued from a wildfire, in Quito, Ecuador, September 26, 2024 REUTERS/Karen Toro
Burung Beo/Foto: REUTERS/Karen Toro
Surabaya -

Setiap tanggal 31 Mei, dunia memperingati Hari Burung Beo Sedunia atau World Parrot Day. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlindungan dan konservasi spesies burung beo yang kini semakin terancam akibat perburuan liar, perdagangan ilegal, dan kerusakan habitat.

Sejarah Peringatan World Parrot Day

Sejarah panjang hubungan manusia dengan burung beo sebagai hewan peliharaan sudah tercatat sejak berabad-abad silam. Salah satu catatan tertua berasal dari Inggris pada tahun 1504, ketika Raja Henry VII memiliki seekor burung beo abu-abu Afrika. Sejak saat itu, burung beo menjadi populer di kalangan bangsawan Eropa dan pelaut, karena kecerdasan serta kemampuannya menirukan suara manusia.

Peringatan Hari Burung Beo Sedunia pertama kali dicetuskan oleh organisasi konservasi dunia yang peduli terhadap pelestarian spesies burung eksotis ini, sebagai respon atas meningkatnya ancaman kepunahan terhadap berbagai jenis burung beo di alam liar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta Menarik Tentang Burung Beo

Burung beo, atau dalam sebutan lokal disebut mamiang, adalah burung dari keluarga Psittacidae yang masih kerabat dekat dengan jalak. Burung ini tersebar luas di kawasan Himalaya, India, Sri Lanka, Filipina, Jawa, hingga Kepulauan Sunda Kecil.

Beberapa ciri khas burung beo di antaranya adalah memiliki paruh kuat dan melengkung, postur tubuh tegak, serta kaki yang kokoh dengan cakar tajam. Yang menjadikannya istimewa adalah bulunya yang cerah dan berwarna-warni, menjadikannya salah satu burung peliharaan favorit.

ADVERTISEMENT

Salah satu burung beo paling terkenal di dunia adalah Puck, seekor burung beo yang pada tahun 1995 tercatat di Guinness World Records karena mampu memahami dan menggunakan lebih dari 1.700 kata menjadikannya burung paling "berbicara" dalam sejarah.

Ancaman dan Pentingnya Konservasi Burung Beo

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, populasi burung beo di alam liar mengalami penurunan drastis akibat perdagangan ilegal, perburuan, dan kerusakan habitat. Di Indonesia sendiri, beberapa jenis burung beo, seperti beo nias dan beo enggano, masuk dalam daftar satwa yang dilindungi.

Dalam rangka memperingati World Parrot Day, berbagai organisasi konservasi dunia dan pecinta satwa mengajak masyarakat untuk berdonasi, mengadopsi virtual, atau ikut dalam program pelestarian habitat. Hal ini sebagai bentuk partisipasi untuk mencegah kepunahan spesies burung beo di seluruh dunia.

Ajakan untuk Masyarakat

Melalui peringatan ini, masyarakat diharapkan tidak lagi membeli burung beo hasil tangkapan liar serta turut menyuarakan pentingnya pelestarian burung eksotis ini. Setiap suara, donasi, dan dukungan berarti besar untuk masa depan burung beo di habitat alaminya.

Karena tanpa tindakan nyata hari ini, warna-warni suara cerdas burung beo bisa saja hanya tinggal cerita.




(irb/hil)


Hide Ads