Gelapnya dunia judi online (judol) ternyata tak hanya merenggut harta dan keluarga, tapi juga kewarasan. Saat ini, ada pecandu-pecandu yang kini harus berjuang di balik dinding Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya. Sebanyak 51 pasien kecanduan judi online saat ini tengah dirawat intensif, mulai dari remaja usia 14 tahun hingga lansia 70 tahun.
Kisah getir itu diungkap langsung Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, yang menyebut angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Ironisnya, para pasien berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar, profesional, hingga konsultan keuangan.
"Saat ini ada 51 pasien pecandu judol di Menur. Jumlahnya meningkat karena di tahun 2024 hanya ada 68 pasien," kata Emil di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (22/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil menyebut, tren pasien pecandu judol di RS Jiwa Menur mengalami peningkatan signifikan. Saat ini ada 51 pasien dengan indikasi adiksi pada judi online, bahkan ada pasien masih berusia 14 tahun.
"Dan ada pula yang usia lanjut yaitu 70 tahun," tambahnya.
Lebih lanjut, Emil mengatakan meski ada kenaikan pasien di RSJ Menur, hal ini menandakan ada respons positif dari keluarga atau pecandu untuk keluar dari lingkaran setan.
"Artinya bahwa ada peningkatan kesadaran dari masyarakat dan keluarga untuk memberikan pertolongan kepada anggota keluarga yang memang mengalami kecanduan atau adiksi pada judi online.Karena kecanduan adalah kondisi psikologis yang harus ditangani oleh pakar. Nah layanan ini sudah diverifikasi oleh Kemenkes RSJ Menur kita memiliki kompetensi untuk menangani itu," bebernya.
Mantan Bupati Trenggalek ini menyebut penanganan yang dilakukan di RSJ Menur dilakukan secara humanis, dan bersifat solutif terhadap pasien yang mengalami adiksi.
"Jadi, ada yang stres gara-gara kalah judi. Kami tekankan itu beda ya antara kecanduan dengan stres kalah judi. Kalau orang stres kalah judi itu ada penanganannya namanya trauma healing. Tapi yang saat ini kita bicarakan adalah kecanduan, kecanduan tuh ada yang enggak bisa lepas gitu. Judi online ya, nah inilah yang kemudian diatasi," tegasnya.
Emil juga mengungkap pasien pecandu judol yang dirawat di RSJ Menur berasal dari berbagai latar belakang profesi hingga pendidikan yang tinggi.
"Yang menarik itu, ada yang pendidikannya S1 bahkan ada yang merupakan konsultan keuangan jadi mereka ini berbagai latar belakang. Artinya judol ini tidak memandang latar belakang mereka dan merasuki kecanduan adiksinya itu," ungkapnya.
"Untuk judi online ada susunan saraf pusat yang terpengaruh, ada sebuah dopamine yang kemudian muncul yang menyebabkan ketergantungan. Dan ini berkaitan dengan susunan saraf pusat sehingga ditangani oleh psikiatrik. Jadi, psikolog sama psikiater beda psikiater ini bahkan bisa meresepkan obat untuk me menangani kondisi-kondisi kejiwaan gitu. Jadi yang ditangani di Menur ini ada yang inap dan ada yang bisa rawat jalan ya, karena dia bisa merugikan diri sendiri atau bahkan orang-orang terdekatnya," pungkasnya.
(faa/hil)