Warga Desa Kaligedang, Kecamatan Ijen, Bondowoso, mengakui telah menyandera tiga orang anggota TNI di wilayah lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PTPN XII. Aksi itu dipicu kesalahpahaman dan aksi pemukulan.
Penyanderaan yang terjadi Kamis (15/5) sore disertai perusakan sejumlah fasilitas PTPN XII itu dilatarbelakangi kesalahpahaman usai salah satu warga diduga dipukul oknum anggota TNI yang mulanya tidak dikenali warga.
"Awalnya mereka berlima, tapi dua orang kabur saat kejadian. Tiga lainnya kami amankan ke balai desa," ujar Ramli Himawan selaku kuasa hukum warga Kaligedang, Sabtu (17/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengakuan warga, ketiga pria tersebut tidak mengenakan seragam militer maupun tanda pengenal. Ketika mereka menanyakan maksud warga mendirikan pos ronda di lahan PTPN XII, percakapan memanas.
"Mereka langsung membentak, bahkan memukul salah satu warga kami, Pak Yatim, yang saat itu sedang ikut membuat Pos Siskamling," kata Ramli.
Teriakan Yatim memancing perhatian warga sekitar yang kemudian berdatangan ke lokasi.
![]() |
Situasi memanas dan tiga orang tak dikenal itu dibawa ke balai desa agar tidak kabur, sembari menunggu klarifikasi dari pihak berwenang. Warga juga mengklaim ada empat orang lain yang ikut menjadi korban pemukulan.
Sementara itu, Komandan Batalyon 514/SY Bondowoso, Letkol Inf Mohammad Ibrahim Sidik Soulisa membenarkan bahwa ketiga pria yang sempat disandera adalah anggotanya. Ia menyebut insiden ini terjadi akibat kesalahpahaman di lapangan.
"Terjadi miskomunikasi yang berujung cekcok. Tapi kami sudah lakukan mediasi dengan warga," kata Soulisa, Jumat (16/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa keberadaan anggotanya di lokasi bukan untuk melarang kegiatan warga, melainkan dalam rangka pemetaan lahan yang akan dikerjasamakan antara PTPN XII dan Koperasi Yon 514.
Dalam skema tersebut, warga setempat disebut juga akan dilibatkan dalam pengelolaan melalui pembentukan kelompok tani.
Namun, karena situasi memanas dan adanya dugaan provokasi, ratusan warga kemudian mendatangi balai desa. Ketegangan pun meningkat sebelum akhirnya pihak TNI dan pemerintah desa turun tangan untuk menenangkan keadaan.
(dpe/abq)