Warga Desa Kaligedang, Bondowoso sempat menyandera 3 orang anggota TNI yang bertugas di wilayah lahan Hak Guna Usaha PTPN XII agar tidak keluar dari desa. Warga menyebut peristiwa itu terjadi karena salah paham.
Menurut warga situasi tersebut dipicu karena mereka mempertanyakan keberadaan para Anggota TNI yang bagi warga merupakan orang-orang tak dikenal. Warga menyebutkan ketiga orang itu tidak mengenakan baju seragam atau tanda pengenal TNI.
"Sebenarnya mereka awalnya berjumlah 5 orang. Tapi yang 2 orang sudah lari duluan," kata warga desa melalui kuasa hukumnya, Ramli Himawan saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (17/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, oknum anggota TNI tersebut lantas menanyakan kepada salah satu warga desa bernama Yatim Haryono tentang maksud pembuatan Pos Siskamling di kebun Toga PTPN XII. Oknum tersebut menilai warga merusak tanaman toga milik PTPN.
"Oknum itu bertanya sembari membentak. Bahkan dilanjutkan dengan langsung memukul warga itu," kata Ramli.
Sebagai reaksi setelah mendapat pukulan dari oknum tersebut, Yatim lantas berteriak hingga teriakan itu mengundang perhatian warga lainnya. Warga pun berdatangan dan mengepung tempat kejadian.
"Warga lantas membawa ketiganya (oknum Anggota TNI) untuk diamankan ke balai desa (dengan) difasilitasi kepala desa. Supaya tak melarikan diri," katanya.
Ramli juga menyebutkan bahwa selain Yatim ada juga 4 orang warga Desa Kaligedang lain yang disebut juga menjadi korban pemukulan oleh oknum TNI yang ada di desa tersebut saat mereka sedang mengerjakan pembuatan Pos Siskamling.
Sebelumnya, Komandan Batalyon 514/SY Bondowoso Letkol Inf Mohammad Ibrahim Sidik Soulisa telah mengakui bahwa 3 anggota TNI yang disandera warga adalah dari batalyon yang dia pimpin. Dia juga menyebutkan bahwa akar masalahnya adalah salah paham.
"Kronogisnya berawal terjadi kesalahpahaman, lalu berujung cekcok," kata Soulisa saat dikonfirmasi detikJatim, Jumat (16/5/2025).
Dari cekcok dan salah paham yang telah terjadi itulah, kata Soulisa, Kepala Desa Kaligedang kemudian mencoba melakukan mediasi antara warga dengan anggota TNI di balai desa setempat. Di balai desa inilah ketiga anggota TNI itu dicegah keluar dari desa tersebut.
"Tapi karena diduga ada provokasi, ratusan warga akhirnya datang ke balai desa itu. Situasi lantas tak terkendali karena banyaknya warga," terangnya.
Menurutnya, begitu terjadi situasi itu dirinya langsung turun ke lokasi kejadian untuk melakukan upaya mediasi dengan warga desa secara langsung. Kepada warga dia telah menegaskan bahwa anggotanya di lokasi desa itu bukan untuk melakukan pelarangan melainkan untuk melakukan pemetaan.
"Anggota kami berada di lokasi bukan untuk melakukan pelarangan. Melainkan melakukan pemetaan lahan," jelasnya.
Lahan yang hendak dipetakan itu, kata Soulisa, nantinya akan menjadi lahan yang akan dikerjasamakan antara PTPN XII dengan Koperasi Yon 514. Pengelolaan lahan ini menurutnya juga akan melibatkan warga desa setempat.
"Sebenarnya kami juga akan menggandeng warga setempat dengan membentuk kelompok tani," kata Soulisa.
(dpe/abq)