Pemerintah Kota Surabaya tidak main-main dengan kebijakan larangan wisuda dan wisata sekolah berbayar di SD dan SMP Negeri. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan bakal menjatuhkan sanksi kepada sekolah yang nekat melanggar aturan tersebut.
"Kalau sampai ada (wisuda dan wisata sekolah berbayar), saya tegur kepala sekolahnya, saya beri sanksi (untuk) gurunya. Itu kalau ada di sekolah negeri," katanya Eri, Rabu (14/5/2025).
Namun, Eri menyebut ada pengecualian. Jika acara wisuda atau wisata diselenggarakan tanpa menarik iuran dari murid, misalnya dibiayai sponsor atau donatur, maka diperbolehkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di sekolah negeri sudah saya, istilahnya 'haramkan', untuk wisuda. Saya sudah tidak perbolehkan lagi ada wisuda di SD dan SMP negeri ketika dia itu meminta biaya kepada muridnya," bebernya.
Eri mengatakan, kebijakan ini sudah dilakukan Pemkot Surabaya sejak tahun 2015. Di mana Pemkot melarang SD dan SMP Negeri menggelar acara wisuda maupun wisata.
"Kita ingin mengajak kepala sekolah, guru, dan orang tua untuk peduli dengan orang-orang di sekelilingnya. Tidak semua anak mampu secara ekonomi untuk ikut merayakan kelulusan dengan wisuda," ujarnya.
Kebijakan tersebut dibuat karena menimbulkan pungutan biaya kepada wali murid. Di mana hal itu dapat memberatkan siswa kurang mampu dan siswa yang tidak ikut bisa berkecil hati.
"Kita bukan melarang kegembiraan, tapi agar tidak ada siswa yang kecewa karena keterbatasan biaya. Acara wisuda bisa diganti doa bersama, kemudian saling berpamitan memohon doa restu ke bapak/ibu guru kita," jelasnya.
Menurutnya, meski sekolah tidak mewajibkan, namun kegiatan wisuda dan wisata berpotensi menimbulkan kesenjangan siswa. Ia tak ingin ada siswa yang dikucilkan atau dibully karena tidak mampu.
"Itu yang selalu saya katakan. Jangan pernah alasan menggunakan wisuda, (sekolah meminta) yang mampu silakan membayar, yang tidak mampu tidak usah membayar. Tetapi, memaksa anaknya untuk membayar. Itu sama saja merusak jiwa anak-anak. Akhirnya terjadi bully gara-gara itu," terangnya.
Sedangkan untuk sekolah swasta, kebijakan itu masih berupa imbauan. Eri mengingatkan, karena lembaga swasta berada di luar kewenangan pemerintah.
"Wisuda sekolah memang jadi salah satu momen yang menggembirakan atau bahkan dinanti oleh anak-anak kita. Tapi, sejatinya esensi dari sebuah pendidikan bukan soal euforia kelulusan tiap akhir tahun pelajaran. Yang paling penting adalah bagaimana anak-anak kita tumbuh dengan karakter terbaik di tengah lingkungannya," pungkasnya.
(auh/hil)