Jembatan penghubung antardesa di Pasuruan ambruk usai diterjang arus sungai. Mobilitas warga di dua desa itu pun lumpuh.
Sejak jembatan ambruk, sebagian warga menyusuri aliran sungai yang sedang dangkal di bawah jembatan ambruk. Mereka menyusuri sungai menuju ke desa seberang.
Anak-anak yang berangkat sekolah maupun mengaji, terpaksa melintasi sungai. Demikian juga warga yang ke rumah kerabatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tak sedikit anak-anak memilih absen. Saya ini mau ke kerabat. Kalau muter jauh," kata Khusnul Khotimah, ibu rumah tangga setempat, Rabu (14/5/2025).
Meski saat ini warga bisa menyusuri sungai untuk menyeberang, namun hal itu berbahaya. Pasalnya jika suatu saat hujan lebat, debit air sungai akan cepat tinggi.
"Jika debit sungai tinggi, warga tak mungkin lewat sungai. Alternatif lain harus muter jauh," kata Sutomo, ketua RT setempat.
Jembatan penghubung antardesa di Pasuruan ambruk usai diterjang arus sungai, Selasa (13/5/2025) pagi sekitar pukul 05.30 WIB.
Jembatan yang menghubungkan Karangjati Anyar dengan Desa Coban Blimbing dan Pakijangan di Kecamatan Wonorejo, serta Martopuro di Kecamatan Purwosari itu, putus total. Mobilitas warga di dua desa itu pun lumpuh.
(auh/hil)