Jembatan penghubung antardesa di Pasuruan ambruk usai diterjang arus sungai. Mobilitas warga di dua desa itu pun lumpuh.
"Beberapa hari hingga kemarin malam hujan deras terus. Selasa pagi-pagi jembatan ambruk. Beruntung tidak ada korban," kata Kepala Desa Karangjati Anyar, Ashari, Rabu (14/5/2025).
Ashari mengatakan, jembatan menghubungkan Desa Karangjati Anyar dengan Desa Coban Blimbing dan Pakijangan di Kecamatan Wonorejo, serta Desa Martopuro di Kecamatan Purwosari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jembatan yang dibangun pada 2014 itu merupakan akses utama warga menuju jalan raya. Kini, jalur vital itu lumpuh. Tak ada kendaraan ataupun pejalan kaki yang bisa melintas.
Bagi warga, situasi ini sangat menyulitkan. Anak-anak yang hendak berangkat sekolah maupun mengaji harus menyeberang aliran sungai yang cukup deras. Tak sedikit dari mereka akhirnya memilih absen.
"Anak-anak saya sekarang lewat bawah, lewat sungai. Tapi kalau banjir, ya susah. Alternatif lain harus muter jauh," keluh Khusnul Khotimah, ibu rumah tangga setempat.
"Ini aja ke rumah saudara menyeberangi sungai," tambah Khotimah.
Melihat kondisi ini, warga berinisiatif membangun jembatan darurat dari bambu sebagai alternatif penyeberangan. Meski sederhana, jembatan itu cukup membantu aktivitas sehari-hari.
"Ini kerja bakti, jadi warga membuat akses jalan hingga membangun jembatan alakadarnya dari bambu," kata Sutomo, ketua RT setempat.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Pasuruan segera melakukan langkah tepat. Pasalnya, jembatan tersebut adalah akses satu-satunya warga antar dusun hingga desa beraktivitas.
(hil/abq)