Mengenang 45 Tahun Kepergian Mohammad Hatta

Mengenang 45 Tahun Kepergian Mohammad Hatta

Katherine Yovita - detikJatim
Jumat, 14 Mar 2025 15:05 WIB
Mohammad Hatta
Mohammad Hatta. Foto: Instagram: @mohammadhatta_
Surabaya -

Tanggal 14 Maret 2025, menandai tahun ke-45 kepergian mantan wakil presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta. Bung Hatta, sapaan karibnya, merupakan salah satu tokoh yang menyumbang kontribusi besar dalam perjalanan perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.

Dalam memperingati 45 tahun kepergiannya, mari kita kulik lebih dalam mengenai sosok yang akrab dengan julukan Bapak Koperasi ini dan rekam perjuangannya selama ini di tanah air.

Biografi Singkat Mohammad Hatta

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia memiliki nama asli Mohammad Athar, di mana dalam bahasa Arab "Athar" memiliki arti harum. Namun, dikarenakan banyak orang yang kesulitan mengucapkannya, mereka mulai memanggil dengan nama "Atta" yang lama-kelamaan menjadi "Hatta".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hatta merupakan putra dari Muhammad Djamil, peraih dua gelar doktor pertama Indonesia di bidang penyakit dalam dan kesehatan masyarakat yang sempat menempuh pendidikan di Stovia. Sementara itu, ibunya bernama Sitti Saleha merupakan keturunan dan saudagar yang dihormati di Bukittinggi kala itu.

Ia memiliki satu kakak kandung perempuan bernama Rafi'ah, dan empat orang saudara tiri perempuan. Menjadikan Hatta sebagai anak laki satu-satunya dalam keluarga. Selain datang dari latar belakang keluarga yang berpendidikan, Hatta dikenal pandai mengaji sejak kecil.

ADVERTISEMENT

Ia pandai membaca huruf Arab dan Juz Amma. Salah satu sosok penting di balik perjalanan Hatta mengenal ajaran Islam lebih dalam adalah Syekh Muhammad Djamil Djambek, seorang ulama besar.

Jejak Pendidikan

Hatta mengawali pendidikannya di Sekolah Rakyat Bukittinggi. Sekolah ini juga dikenal sebagai Hollandsch Inlandsche School (HIS). Setelah itu, Hatta pindah ke Padang, dan tinggal bersama kakeknya, Ilyas gelar Bagindo Marah, yang biasa dipanggil Pak Gaek.

Tidak berselang lama, setelah dari Sekolah Rakyat, ia dipindahkan ke sekolah orang kulit putih, yakni Europese Lagere School (ELS) Padang. Hatta menyelesaikan pendidikannya di ELS hingga tahun 1916, kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), setingkat SMP, sampai tahun 1919.

Setelah lulus dari MULO, ia pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan di Prins Hendrik School (PHS), di mana tepat bulan Mei 1921, Hatta berhasil menyelesaikan ujian penghabisan di PHS, dan dinyatakan lulus.

Kemudian, Hatta pergi ke Belanda untuk belajar di Nederland Handelshogeschool Rotterdam. Perjalanan akademiknya di sini didanai dengan beasiswa dari pemerintah Belanda, tepatnya Van Deventer-Stichting.

Organisasi yang Diikuti

Hatta sudah aktif berorganisasi sejak di Sumatera, di mana ia sempat terlibat dalam Jong Sumatranen Bond dan menjabat sebagai bendahara. Setelah itu, ketika menjadi mahasiswa di Nederland Handelshogeschool, ia bergabung dalam perkumpulan mahasiswa Indonesia yang disebut Indische Vereeniging.

Organisasi ini berdiri pada tahun 1908. Pada tahun 1922, organisasi ini berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pada tahun 1927, Hatta bergabung dalam organisasi internasional bernama Liga Anti Imperialisme dan Penindasan Nasional.

Di sini, Mohammad Hatta menjalin relasi dengan berbagai orang penting seperti pemimpin gerakan rakyat Asia dan Afrika. Sayangnya, akibat aktivitas politiknya ini, Hatta bersama pengurus organisasi lainnya, dimasukkan ke penjara oleh pemerintah Belanda. Ia pun mendekam di balik jeruji besi selama lima bulan.

Kontribusi di Indonesia

Ketika kembali ke Indonesia, Hatta terus melanjutkan perjuangannya untuk menyuarakan kemerdekaan Indonesia melalui keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan aktivitas politik. Pada tahun 1932, ia tergabung dalam Club Pendidikan Nasional Indonesia untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat Indonesia.

Sayangnya, bersama Sutan Sjahrir, aktivitas politik di organisasi ini mengakibatkan ia ditangkap Belanda pada 1934. Selain itu, ia juga tergabung dalam organisasi Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) pada masa pemerintahan Jepang. Anggota PUTERA disebut sebagai empat serangkai, yakni Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Indonesia, Hatta bersama tokoh-tokoh lainnya bergabung dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk merumuskan dasar negara.

Ia juga menjadi Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) serta Panitia Sembilan, yang kemudian menetapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Selain itu, bersama Soekarno, Hatta berperan dalam penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan, hingga akhirnya diangkat sebagai wakil presiden pertama Indonesia.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads