Waspada Jogging, Pahami Batasan Tubuh agar Terhindar Cedera-Kematian

Waspada Jogging, Pahami Batasan Tubuh agar Terhindar Cedera-Kematian

Aprilia Devi - detikJatim
Senin, 24 Feb 2025 15:00 WIB
Ilustrasi Lomba Lari
Ilustrasi lari (Foto: Shutterstock)
Surabaya -

Olahraga lari menjadi pilihan aktivitas fisik yang saat ini banyak digemari. Sebab selain praktis, memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Namun jika tanpa persiapan yang tepat, lari juga bisa menimbulkan risiko.

Risikonya mulai cedera hingga gangguan kesehatan yang lebih serius seperti henti jantung hingga kematian. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kondisi tubuh serta tahapan latihan menjadi faktor yang penting diperhatikan sebelum berlari.

Dokter Tim Deltras FC, dr Wing Wisesa Wierawan menekankan pentingnya persiapan sebelum memulai berolahraga sebagai upaya pencegahan cedera. Persiapan ini tidak hanya mencakup kesiapan fisik, tetapi juga mental dan nutrisi tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam tiap olahraga perlu tahapan khusus, bukan hanya dari kita menyiapkan fisik, tapi juga pikiran dan nutrisi yang banyak orang lewatkan," ujar Wisesa saat dihubungi detikJatim, Senin (24/2/2025).

Dalam beberapa kasus kematian mendadak saat melakukan olahraga lari, seperti yang diduga terjadi di Kota Probolinggo pada seorang remaja yang tengah lari pagi di persawahan pada Senin (24/2/2025) pukul 06.00 WIB.

ADVERTISEMENT

Menurut Wisesa salah satu faktornya bisa jadi kurangnya pemenuhan nutrisi serta aktivitas yang melebihi kapasitas tubuh. Termasuk perlu diwaspadai terjadinya hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah yang ekstrem saat berlari.

"Kemungkinan kalau ada kasus-kasus meninggal bisa jadi karena nomor satu, karena nutrisi tidak terpenuhi, kedua olahraga yang ekstrem melebihi kapasitasnya, dan kita kurang mengenali diri sendiri," katanya.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui batasan diri sebelum mulai berlari. Salah satu cara untuk memahami kondisi tubuh ini adalah dengan mengukur Body Mass Index (BMI), yang diperoleh dari perbandingan berat badan dan tinggi badan.

"Jika seseorang termasuk dalam kategori overweight, olahraga seperti lari harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memberi beban berlebih pada persendian," bebernya.

Selain BMI, pemantauan denyut jantung atau heart rate juga penting untuk memastikan tubuh tidak bekerja terlalu keras saat berlari.

"Kalau manusia biasa antara 60-80 denyut per menit itu bagus, jangan lebih dari 100 kali per menit," jelas Wisesa.

Ia juga menekankan pentingnya memahami zona lari yang dibedakan berdasarkan denyut jantung. Misalnya pada zona 1 dan 2, denyut jantung biasanya berkisar 70-100 kali per menit, di mana seseorang masih bisa berlari sambil berbicara.

Namun pada zona 3, denyut jantung bisa mencapai 130 kali per menit, yang membuat napas menjadi lebih berat dan sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 5-10 menit.

Risiko lainnya yang sering terjadi saat lari adalah cedera akibat penumpukan asam laktat. Jika kadar asam laktat dalam tubuh meningkat, seseorang akan merasakan nyeri otot yang dapat berujung pada cedera serius.

"Kalau tinggi biasanya seperti kakinya sakit. Asam laktatnya bisa naik kalau dipaksa," tambahnya.

Selain itu, hidrasi juga menjadi faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Kekurangan cairan saat lari bisa menyebabkan dehidrasi, yang berisiko mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Dalam kondisi ekstrem, dehidrasi dapat menyebabkan gangguan serius seperti pingsan atau bahkan henti jantung.

Agar lari tetap aman dan bermanfaat, setiap individu perlu memahami tujuan olahraganya, apakah untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, atau membentuk tubuh.

"Kalau sudah pahami itu, kira-kira latihan yang mau dipakai seperti apa," ucap Wasesa.

Dengan memahami tujuan, seseorang dapat menyusun pola latihan yang sesuai dengan kondisi tubuhnya. Bagi pemula, disarankan untuk tidak langsung melakukan lari jarak jauh, seperti half marathon atau 21 km, tanpa latihan bertahap.

"Kalau dari awal jangan langsung half marathon. Lari itu bertahap dan harus diatur," tegasnya.

Dengan memahami kondisi tubuh, memenuhi kebutuhan nutrisi, serta berlatih dengan pola yang tepat, risiko cedera dan gangguan kesehatan saat lari dapat diminimalkan.




(dpe/fat)


Hide Ads