Pakar Transportasi Beri 5 Strategi Turunkan Kemacetan di Surabaya

Pakar Transportasi Beri 5 Strategi Turunkan Kemacetan di Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 20 Feb 2025 01:01 WIB
Kepadatan kendaraan di Kota Surabaya.
Kepadatan kendaraan di Kota Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Platform indeks TomTom Traffic Index merilis hasil penilaian kemacetan di dunia, termasuk Indonesia. Hasilnya, Bandung, Medan, Palembang, dan Surabaya lebih macet dari Jakarta.

Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat kemacetan di 4 kota termasuk Surabaya masih melebihi Kota Jakarta karena transportasi umum di 4 kota tersebut masih belum kuat.

"Menambah transportasi umum memang sangat penting, tetapi bukan satu-satunya solusi. Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengatasi kemacetan," kata Machsus saat dihubungi detikJatim, Rabu (19/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Machsus menyebut, ada lima strategi yang dapat dilakukan untuk memecah kemacetan. Mulai dari transportasi hingga edukasi ke masyarakat.

Lima Strategi Kurangi Kemacetan

1. Meningkatkan Transportasi Publik

Dengan menambah jumlah dan rute bus seperti Trans Semanggi di Surabaya, mengembangkan sistem transportasi berbasis rel seperti LRT atau kereta komuter, dan mengintegrasikan moda transportasi agar lebih nyaman bagi masyarakat.

ADVERTISEMENT

2. Rekayasa Lalu Lintas dan Manajemen Kemacetan

Pemkot dari keempat kota dapat menerapkan cara mengoptimalkan sistem Smart Traffic Management berbasis teknologi. Lalu menerapkan sistem ganjil-genap di jalan-jalan utama pada jam sibuk, dan membangun lebih banyak jalan layang atau underpass di titik rawan macet.

3. Pembatasan Kendaraan Pribadi

Keempat kota dapat menerapkan tarif kemacetan (congestion pricing) di pusat kota, menertibkan parkir liar dan menegakkan aturan parkir yang lebih ketat, dan membangun park-and-ride di pinggiran kota untuk mengurangi kendaraan masuk ke pusat kota.

4. Perencanaan Kota yang Lebih Efektif

Pemkot dari empat kota termacet dapat mengembangkan konsep Transit-Oriented Development (TOD) yang membuat masyarakat tinggal lebih dekat dengan tempat kerja dan pusat bisnis. Kemudian membangun lebih banyak area mixed-use untuk mengurangi perjalanan jarak jauh.

5.Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Mendorong warga untuk lebih sering menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi, dan mengedukasi masyarakat tentang manfaat carpooling atau penggunaan sepeda untuk perjalanan pendek.

"Dengan kombinasi solusi itu, kemacetan di Surabaya dan kota-kota besar lain bisa dikurangi secara signifikan. Tapi strategi ini harus diterapkan dengan baik, agar kemacetan di kota-kota besar seperti Surabaya benar-benar bisa dikurangi secara signifikan," jelasnya.

Machsus mengatakan data TomTom Traffic Index 2024 kota termacet di Indonesia adalah Bandung. Adapun beberapa alasan utama mengapa Bandung menjadi kota paling macet.

"Kapasitas jalan yang tidak cukup menampung jumlah kendaraan yang terus bertambah. Tingginya jumlah wisatawan dari luar kota, terutama saat akhir pekan dan liburan. Dan transportasi publik yang masih belum cukup efisien untuk menarik masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya," ujarnya.

Selain Bandung, kota lain seperti Medan, Palembang, dan Surabaya juga mengalami tingkat kemacetan yang tinggi dengan penyebab yang hampir sama. Tahun ini Surabaya berada di peringkat keempat.

"Meskipun lebih macet dari Jakarta, tetap Surabaya masih lebih baik dibandingkan Bandung, Medan, dan Palembang," pungkasnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads