Mahasiswa Minta Ketua DPRD Jatim Telepon Seskab Mayor Teddy, Panggilan Ditolak

Mahasiswa Minta Ketua DPRD Jatim Telepon Seskab Mayor Teddy, Panggilan Ditolak

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 17 Feb 2025 15:55 WIB
Musyafak Rouf saat diminta menelepon Sekretaris Kabinet Merah Putih, Mayor Teddy.
Musyafak Rouf saat diminta menelepon Sekretaris Kabinet Merah Putih, Mayor Teddy (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Ketua DPRD Jatim Musyafak Rouf akhirnya tiba menemui mahasiswa di depan Gedung DPRD Jatim. Mahasiswa memintanya menelepon Presiden Prabowo, Ketua DPR RI Puan Maharani, atau setidaknya Sekretaris Kabinet Merah Putih Mayor Teddy untuk menyampaikan tuntutan mereka.

Musyafak mulanya disebut oleh Anggota DPRD lainnya sedang berada di Jombang. Tapi mahasiswa bersikeras agar Musyafak menemui mereka di Gedung DPRD Jatim. Musyafak pun bertolak dari Jombang ke Surabaya dan mahasiswa diminta menunggu 1 jam.

Mulanya mahasiswa menyebut 1 jam terlalu lama, hingga akhirnya polisi serta Anggota dan Sekretaris DPRD Jatim berhasil membujuk mahasiswa untuk duduk bersama menunggu Musyafak tiba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar pukul 14.45 WIB Musyafak tiba di Gedung DPRD Jatim. Mereka temui ribuan mahasiswa itu dari balik pagar kawat. Tetapi mahasiswa tidak ingin berdiskusi terhalang kawat berduri.

Musyafak pun diminta naik ke atas mobil komando dan berbicara bersama serta menyepakati sejumlah tuntutan yang telah dibawa oleh mahasiswa. Hingga akhirnya mahasiswa mendesak Musyafak menelepon presiden, Ketua DPR RI, atau Sekretaris Kabinet Merah Putih.

ADVERTISEMENT

Didampingi Sekretaris DPRD Jatim Ali Kuncoro, Musyafak akhirnya menelepon mayor Teddy di hadapan orator dan sejumlah koordinator lapangan massa aksi mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya.

Setelah menunggu beberapa waktu, orator yang memegang ponsel milik Musyafak menunjukkan kepada massa bahwa ternyata sambungan telepon dari ponsel Musyafak ditolak oleh Mayor Teddy.

"Sayangnya Mayor Teddy menolak panggilan ini, kawan-kawan," ujar orator pada Senin (17/2/2025) sore diikuti riuh rendah suara 'huu' menandakan kekecewaan massa.

Sang orator kembali meminta agar Musyafak maupun Ali Kuncoro untuk kembali menghubungi Mayor Teddy atau Puan Maharani. Namun Ali Kuncoro dan Musyafak menolak dan memilih turun dari mobil komando.

Saat mereka berjalan kembali masuk ke Gedung DPRD Jatim menembus kerumunan massa itulah mahasiswa sempat berupaya mengadang mereka. Situasi kembali memanas.

"Kondusif kawan-kawan, kita tetap kondusif kawan-kawan," ujar orator mengingatkan massa yang sedang mengadang Ali dan Musyafak.

Dalam proses tersebut sejumlah mahasiswa mulai melemparkan botol berisi air ke arah Ali Kuncoro maupun Musyafak Rouf. Sejumlah petugas kepolisian mengawal mereka untuk segera kembali ke Gedung DPRD Jatim.

Aksi demo mahasiswa ini membawa sejumlah tuntutan dan kritik atas kebijakan pemerintah yang tidak mewakili suara rakyat. Salah satunya keputusan efisiensi di sektor pendidikan yang menurut mahasiswa sangat tidak becus.

"Kami menyoroti keputusan sektor pendidikan tidak becus sama sekali. Kami menuntut dewan pelayan rakyat mendengarkan aspirasi kami.... Kami tidak mau negara kita bobrok dan kalah dengan negara lain. Hari ini pendidikan telah dipersekusi lagi," kata salah satu orator dari Unesa.

"Kami tidak butuh makan siang gratis jika pendidikan kian miris!" Serunya diikuti riuh rendah suara massa mahasiswa.

Beberapa mahasiswa juga menunjukkan kalimat menohok untuk pemerintah hingga presiden. Mereka tuangkan kekecewaan melalui tulisan di atas berlembar-lembar kertas besar.

Tulisan itu seperti 'Bubarkan Negara', 'Prabowo Impoten', 'Pak Prabowo Kami Butuh Pendidikan Gratis Bukan Makan Siang Gratis', 'Batalkan Efisiensi Anggaran Pendidikan'.

Lalu ada yang menuliskan kalimat 'Pemerintah Bablas Anggaran Dipangkas Konstitusi Dilibas #IndonesiaGelapMatiLampu' beserta gambar yang dinamai 'fufufafa'.

Selain itu ada luapan kekecewaan Unesa dalam tulisan berbunyi 'Apabila usul ditolak tanpa ditimbang. Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan. Dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: sayang!'.




(dpe/fat)


Hide Ads