Dalam kurun waktu 2 bulan, kasus mutilasi terjadi di Jawa Timur. Di antaranya, akhir Januari 2025 mutilasi warga Ngawi hingga potongan tubuhnya dibuang di 4 titik. Terbaru, dugaan mutilasi di Jombang. Diduga tubuh dan kepala korban ditemukan berjarak 6 Km, pada Rabu (12/2/2025).
Kasus pertama mutilasi di Ngawi, pelaku Rochmat Tri Hartanto alias Antok tega mutilasi korban Uswatun Khasanah. Antok yang sudha berkeluarga ini, teman dekat korban. Antok membunuh Uswatun di hotel Kediri dan membuang tubuh tanpa kepala ke Ngawi, lalu bagian kepala Ponorogo dan kaki di Trenggalek.
Dan kasus kedua, terjadi di Jombang. Warga Dusun Mireng, Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh, digegerkan dengan penemuan mayat pria tanpa kepala di saluran irigasi. Mayat tersebut ditemukan dalam kondisi bugil dan sudah membusuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa jam setelahnya ditemukan, kepala manusia di pinggir Sungai Konto, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang. Namun belum dipastikan apakah kepala tersebut merupakan anggota tubuh mayat tanpa kepala.
Pakar Kriminolog Universitas Airlangga (Unair) Amira Paripurna SH LLM PhD menyebut, pelaku kejahatan bisa menjadi motivasi untuk ditiru. Bahkan tayangan film atau buku juga menjadi salah satu sumber inspirasi.
"Perilaku-perilaku jahat dan modus-modus kejahatan memang rentan untuk ditiru atau diimitasi oleh pelaku kejahatan lainnya," kata Amira kepada detikJatim, Jumat (14/2/2025).
Selain itu inspirasi bisa ditiru bila pernah melakukan berinteraksi. Dari tontonan film juga mampu mempengaruhi pelaku.
"Kalau toh tidak berinteraksi langsung (dari perilaku penjahat), bisa melalui film, berita, buku dan lain-lain," ujarnya.
Pakar Hukum Policing Terrorism, Criminal Law and Criminal Justice System, Women and Children's Rights Unair ini menguraikan teori Kultivasi (Cultivation Theory) dari George Gerbner. Teori tersebut dijabarkan bahwa paparan media dalam jangka panjang membentuk persepsi seseorang terhadap realitas sosial, termasuk normalisasi kekerasan atau kriminalitas.
"Atau adapula dalam kriminologi yang dapat menjelaskan bagaimana perilaku jahat dipelajari melalui film dan media adalah melalui teori belajar sosial (social learning theory) dari Albert Bandura," jelasnya.
Misalnya, lanjut Amira, dapat melalui Modeling (Pemodelan Perilaku). Contohnya tokoh dalam film sering menjadi model bagi penonton, terutama jika karakter tersebut dipersepsikan sebagai kuat, menarik, atau berhasil mencapai tujuannya melalui kejahatan.
"Reinforcement (Penguatan Perilaku), jika media menggambarkan kejahatan sebagai sesuatu yang berhasil tanpa konsekuensi serius, hal ini bisa memperkuat keyakinan bahwa perilaku tersebut dapat diterima atau efektif," pungkasnya.
(esw/fat)