Pembunuhan Disertai Mutilasi Dipicu Hilangkan Jejak Kejahatan

Pembunuhan Disertai Mutilasi Dipicu Hilangkan Jejak Kejahatan

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 13 Feb 2025 17:40 WIB
mayat tanpa kepala di jombang
Korban mutilasi ditemukan di Jombang (Foto file: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Surabaya -

Dalam kurun waktu 2 bulan, kasus mutilasi terjadi di Jawa Timur. Di antaranya, akhir Januari 2025 mutilasi warga Ngawi hingga potongan tubuhnya dibuang di 4 titik. Terbaru, dugaan mutilasi di Jombang. Diduga tubuh dan kepala korban ditemukan berjarak 6 Km, pada Rabu (12/2).

Kasus pertama mutilasi di Ngawi, pelaku Rochmat Tri Hartanto alias Antok tega mutilasi korban Uswatun Khasanah. Antok yang sudha berkeluarga ini, teman dekat korban. Antok membunuh Uswatun di hotel Kediri dan membuang tubuh tanpa kepala ke Ngawi, lalu bagian kepala Ponorogo dan kaki di Trenggalek.

Dan kasus kedua, terjadi di Jombang. Warga Dusun Mireng, Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh, digegerkan dengan penemuan mayat pria tanpa kepala di saluran irigasi. Mayat tersebut ditemukan dalam kondisi bugil dan sudah membusuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa jam setelahnya ditemukan, kepala manusia di pinggir Sungai Konto, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang. Namun belum dipastikan apakah kepala tersebut merupakan anggota tubuh mayat tanpa kepala.

Mengapa pelaku tega memutilasi korban usai membunuhnya? Pakar Kriminolog Universitas Airlangga (Unair) Amira Paripurna SH LLM PhD membeberkan alasannya.

ADVERTISEMENT

Sakit hati hingga melukai harga diri menjadi salah satu faktor pelaku dengan tega membunuh korban. Bahkan, dengan sadisnya tubuh korban dimutilasi.

"Mereka yang tega melakukan mutilasi biasanya ada tindakan yang pernah dilakukan korban yang bisa jadi sangat melukai harga diri si pelaku (Cemburu, dendam atau sakit hati)," kata Amira saat dihubungi detikJatim, Kamis (13/2/2025).

Selain itu, pelaku juga membuang potongan tubuh korban di tempat yang berbeda-beda. Salah satu alasannya yakni untuk mengelabui polisi.

"Motif lainnya melakukan mutilasi adalah juga bisa untuk menghilangkan jejak kejahatannya," jelasnya.

Pakar Hukum Policing Terrorism, Criminal Law and Criminal Justice System, Women and Children's Rights Unair ini menyebut, biasanya pelaku mutilasi memiliki kejiwaan psikopat. Oleh karena itu perlu dilakukan tes atau pengecekan terhadap pelaku mutilasi.

"Biasanya pelaku mutilasi ketika sudah menjalani pemeriksaan psikologi biasanya memiliki kecenderungan kejiwaan yang psikopatik," ujarnya.

Sebelumnya, mayat pria ini ditemukan warga pada Rabu (12/2) sekitar pukul 12.00 WIB dalam kondisi tengkurap di saluran irigasi Dusun Mireng.

Saat dievakuasi, polisi tidak menemukan identitas pada tubuh mayat. Meski tanpa kepala, anggota tubuh lainnya masih lengkap.

Polisi membenarkan bahwa mayat pria ini ditemukan tanpa kepala. Namun, pihaknya masih menyelidiki apakah jasad tersebut korban mutilasi atau bukan.

Beberapa jam setelah penemuan mayat, warga menemukan kepala manusia di pinggir Sungai Konto, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang. Polisi masih menyelidiki apakah kepala tersebut merupakan bagian dari mayat pria yang ditemukan di saluran irigasi Dusun Mireng.




(esw/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads