Penjelasan Kriminolog Kenapa Pelaku Tega Mutilasi Korban Usai Dibunuh

Penjelasan Kriminolog Kenapa Pelaku Tega Mutilasi Korban Usai Dibunuh

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 14 Feb 2025 03:00 WIB
Penampakan terakhir Uswatun Khasanah bersama Antok sebelum dimutilasi di hotel
Penampakan Uswatun sebelum dimutilasi Antok (Foto: Dok. Istimewa/tangkapan layar)
Surabaya -

Awal tahun ini, sudah ada dua kasus mutilasi. Pertama di Ngawi pada akhir Januari dan kedua di Jombang pada Rabu (12/2).

Kasus mutilasi di Ngawi, pelakunya Rochmat Tri Hartanto alias Antok merupakan orang terdekat korban, Uswatun Khasanah. Antok membunuh Uswatun di hotel Kediri dan membuang tubuh tanpa kepala ke Ngawi, lalu bagian kepala dan kaki di Ponorogo.

Belum berlalu, pada Rabu (12/2) Warga Dusun Mireng, Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh, Jombang, digegerkan dengan penemuan mayat pria tanpa kepala di saluran irigasi. Mayat tersebut ditemukan dalam kondisi bugil tanpa kepala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa jam setelahnya ditemukan, kepala manusia di pinggir Sungai Konto, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang. Namun belum dipastikan apakah kepala tersebut merupakan anggota tubuh mayat tanpa kepala.

Lantas, apa alasan pelaku dengan tega memutilasi korban usai membunuhnya? Pakar Kriminolog Universitas Airlangga (Unair) Amira Paripurna SH LLM PhD membeberkan alasannya.

ADVERTISEMENT

Sakit hati hingga melukai harga diri menjadi salah satu faktor pelaku dengan tega membunuh korban. Bahkan, dengan sadisnya tubuh korban dimutilasi.

"Mereka yg tega melakukan mutilasi biasanya ada tindakan yang pernah dilakukan korban yang bisa jadi sangat melukai harga diri si pelaku (cemburu, dendam atau sakit hati)," kata Amira saat dihubungi detikJatim, Kamis (13/2/2025).

Selain itu, pelaku juga membuang potongan tubuh korban di tempat yang berbeda-beda. Salah satu alasannya yakni untuk mengelabuhi polisi.

"Motif lainnya melakukan mutilasi adalah juga bisa untuk menghilangkan jejak kejahatannya," jelasnya.

Pakar Hukum Policing Terrorism, Criminal Law and Criminal Justice System, Women and Children's Rights Unair ini menyebut,

biasanya pelaku mutilasi memiliki kejiwaan psikopat. Oleh karena itu perlu dilakukan tes atau pengecekan terhadap pelaku mutilasi.

"Biasanya pelaku mutilasi ketika sudah menjalani pemeriksaan psikologi biasanya memiliki kecendurngan kejiwaan yang psikopatik," ujarnya.

Sebelumnya, Mayat pria ini ditemukan warga pada Rabu (12/2) sekitar pukul 12.00 WIB dalam kondisi tengkurap di saluran irigasi Dusun Mireng.

Saat dievakuasi, polisi tidak menemukan identitas pada tubuh mayat. Meski tanpa kepala, anggota tubuh lainnya masih lengkap.

Polisi membenarkan bahwa mayat pria ini ditemukan tanpa kepala. Namun, pihaknya masih menyelidiki apakah jasad tersebut korban mutilasi atau bukan.

Beberapa jam setelah penemuan mayat, warga menemukan kepala manusia di pinggir Sungai Konto, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang. Polisi masih menyelidiki apakah kepala tersebut merupakan bagian dari mayat pria yang ditemukan di saluran irigasi Dusun Mireng.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads