Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (DPUSDA) Bojonegoro menyebutkan kerusakan proyek yang menelan anggaran APBD 2024 sekitar Rp 40 miliar sekitar 10%. Padahal lokasi kerusakan berada di dua desa yang disinyalir lebih dari 10%.
"Itu yang sliding 10%. Dinyatakan gagal konstruksi kalau seluruh area ambruk semua. Peryataan rekanan sudah siap perbaiki hanya nunggu waktu," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas SDA Bojonegoro untuk proyek tersebut, Iwan Kristian kepada detikJatim, Selasa (11/2/2025).
Faktanya, berdasarkan pengamatan dan informasi yang dihimpun detikJatim, kerusakan yang terjadi di Desa Tanggungan sepanjang kurang lebih 200 meter. Sedangkan di Desa Lebaksari sepanjang 70 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, dari total panjang bangunan proyek pelindung tebing Bengawan Solo yang dikerjakan pemenang lelang yakni 980 meter ada 270 meter yang ambruk. Panjang bangunan yang ambruk itu setara kurang lebih 27% dari total bangunan proyek.
Informasi dari warga setempat, bangunan tanggul yang ambruk itu mengakibatkan beton tiang pancang yang menopang tebing terlepas dan terangkat ke permukaan tanah dengan panjang bentangan kurang lebih 250 meter.
Wanto, salah satu warga setempat menyebutkan bahwa di beberapa titik bangunan yang ambruk itu terlihat sejumlah besi cor dan proses pengeraman yang diduga tidak sesuai aturan.
"Kondisinya rusak sangat parah. Tujuan dari proyek ini sudah jelas untuk penahan tanah dari luapan air bengawan saat banjir. Tapi kok tidak kuat, padahal ini proyek besar. Pasti sudah dengan berbagai kajian dan perencanaan oleh Dinas Sumber Daya Air Bojonegoro," kata Wanto.
Tak sedikit warga di Desa Lebaksari dan Tanggungan yang heran dengan kerusakan ini. Wanto menyebutkan lokasi proyek ini berdekatan dengan jalan desa dan persawahan. Dia menduga kurangnya pengawasan pelaksanaan proyek yang menyebabkan hal itu bisa terjadi.
"Mungkin bisa jadi karena kurang pengawasan saat pengerjaan. Jadi nggak karuan, eman (sayang) anggaran akeh (banyak) tapi nggak sesuai harapan warga sini, tahunya sudah bulan kemarin kejadian ini," ucap Yudi warga Lebaksari.
Senada dengan warga, Sekretaris Kecamatan Boureno yang menjabat Plt Kepala Desa Lebaksari, Mu'amar Far'at menuturkan peristiwa ambruknya sejumlah ruas titik proyek itu ketika debit air di Bengawan Solo sedang tinggi.
"Seingat saya di titik lokasi tidak ada banjir hanya air Bengawan Solo tinggi. Lalu air surut terjadi rusak proyek ini. Di desa Lebaksari sekitar 70 meter yang rusak," katanya kepada detikJatim, Selasa (11/2/2025).
Warga Desa Lebaksari dan Tanggungan juga menuturkan proyek itu berjalan hanya sekitar 3 bulan. Saat terjadi kerusakan, di lokasi proyek masih ada sejumlah pekerja yang sedang menata batu bronjong.
"Pokoke cepet garape proyek iki, pas ambruk iku isih ono wong wong kerjo noto watu bronjong (Pokoknya cepat pengerjaan proyek ini, saat ambruk itu masih ada orang-orang yang kerja menata batu bronjong)," kata AT, warga lain di sekitar lokasi proyek.
Dari data yang dihimpun pada aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), proyek pembangunan pelindung tebing sungai di Desa Lebaksari dan Tanggungan ini memiliki panjang 980 meter dengan nilai pagu sebesar Rp 40 miliar.
Lelang proyek tahun 2024 APBD Pemkab Bojonegoro dimenangkan oleh Indopenta Bumi Permai yang beralamat di Jalan Jemursari VII No 19 Surabaya dengan nilai harga perkiraan sendiri (HPS) sebesar Rp 39,6 miliar.
(dpe/fat)