Proyek pelindung tebing Bengawan Solo di Desa Lebaksari dan Tanggungan, Kecamatan Baureno, Bojonegoro yang ambruk sepanjang 270 meter bikin heboh sejumlah pihak. PJ Bupati Bojonegoro pun angkat bicara.
Di hadapan awak media, PJ Bupati Bojonegoro Adriyanto tidak berkomentar banyak selain menyatakan bahwa dirinya sudah menegur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Heri Widodo agar segera mengingatkan pihak rekanan.
"Nanti kami minta kontraktor tanggung jawab. Itu masih perawatan, saya sudah minta pak Kadis ingatkan kontraktornya," kata Adriyanto, Selasa (11/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ambruknya bangunan proyek dengan APBD Bojonegoro senilai Rp40 miliar padahal baru tuntas dibangun 2 bulan itu juga menuai kritik pedas dari Sukur Priyanto, Anggota DPRD Bojonegoro.
"Patut diduga ada kesalahan dalam proses perencanaan dan teknis. Segera kami akan panggil duduk bersama para pihak terkait, (Dinas PU) SDA, Konsultan, rekanan pelaksana agar kejadian ini tidak terulang kembali," ucap Sukur Priyanto.
Hingga hari bangunan pelindung tebing dengan total panjang 980 meter yang ambruk itu belum dibenahi. Pemandangan yang kacau itu justru menjadi tontonan warga yang melintas di jalan maupun nongkrong di warung sekitar.
Sejumlah warga Desa Tanggungan dan Lebaksari yang sempat ditemui detikJatim menuturkan awal mula ambruknya sejumlah ruas beton proyek pelindung tebing itu pada pertengahan Desember 2024.
"Sekitar pertengahan Desember. Saat itu setelah hujan deras debit air bengawan tinggi. Lalu ada beberapa bagian yang doyong dan terangkat. Lebih parah saat air bengawan surut bangunan itu malah tambah parah rusaknya," kata salah satu warga Tanggungan berinisial MH.
Senada dengan warga, Sekretaris Kecamatan Boureno yang menjabat Plt Kepala Desa Lebaksari, Mu'amar Far'at menuturkan peristiwa ambruknya sejumlah ruas titik proyek itu ketika debit air di Bengawan Solo sedang tinggi.
"Seingat saya di titik lokasi tidak ada banjir hanya air Bengawan Solo tinggi. Lalu air surut terjadi rusak proyek ini. Di desa Lebaksari sekitar 70 meter yang rusak," katanya.
Warga Desa Lebaksari dan Tanggungan juga menuturkan proyek itu dikerjakan dalam waktu yang singkat, hanya sekitar 3 bulan. Saat terjadi kerusakan, di lokasi proyek masih ada sejumlah pekerja yang sedang menata batu bronjong.
"Pokoke cepet garape proyek iki, pas ambruk iku isih ono wong wong kerjo noto watu bronjong (pokoknya cepat pengerjaan proyek ini, saat ambruk itu masih ada orang-orang yang kerja menata batu bronjong)," kata AT, warga lain di sekitar lokasi proyek.
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro menyebutkan kerusakan proyek yang menelan anggaran APBD 2024 sekitar Rp 40 miliar itu hanya sekitar 10%.
"Itu yang sliding 10%. Dinyatakan gagal konstruksi kalau seluruh area ambruk semua. Peryataan rekanan sudah siap perbaiki hanya nunggu waktu," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas SDA Bojonegoro untuk proyek tersebut, Iwan Kristian kepada detikJatim, Selasa (11/2/2025).
Faktanya, dari pengamatan dan informasi yang dihimpun detikJatim, panjang bangunan yang roboh itu 200 meter di desa Tanggungan, sedangkan di Desa Lebaksari 70 meter. Artinya, bangunan yang ambruk sepanjang 270 meter dari total panjang bangunan 980 meter atau sekitar 27%.
(dpe/iwd)