Proyek pelindung tebing atau tanggul Bengawan Solo di bantaran Desa Tanggungan dan Lebaksari, Kecamatan Boureno, Bojonegoro ambrol hingga ratusan meter. Padahal, bangunan itu belum genap berusia 2 bulan. Proyek tanggul ini diketahui sempat terkena efisiensi anggaran di era COVID-19 tahun 2022.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek itu, Iwan Kristian menjelaskan bahwa proyek tanggul itu sebenarnya sudah direncanakan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Bojonegoro pada 2022. Tapi karena ada efisiensi anggaran di era Pandemi COVID-19, proyek itu batal dilaksanakan.
"Tahun 2022 sudah perencanaan, tapi tidak jadi pelaksanaan fisik karena waktu itu ada efisiensi anggaran. Tahun 2023 di P-APBD kita lakukan review, lanjut 2024 anggaran fisik terpasang kembali dan kita lelang," ujar Iwan Kristian dikonfirmasi detikJatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ambruknya proyek tanggul Bengawan Solo senilai Rp 40 miliar pada Januari lalu padahal baru saja tuntas dikerjakan akhir Desember 2024 itu tidak hanya menjadi sorotan masyarakat Bojonegoro, tapi juga tim Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikJatim, Tim BPK telah mendatangi lokasi ambruknya proyek itu didampingi tim teknis dari Dinas Sumber Daya Air (SDA), Inspektorat, dan rekanan pemenang tender. Kepala Dinas SDA Bojonegoro Heri Widodo membenarkan itu.
"Nggih. Sementara yang mendampingi, sesuai surat dari BPK, diminta Pak Iwan sebagai PPK-nya bersama staf terkait dan direktur rekanan yang terkait," ujar Heri Widodo, Selasa (11/2/2025).
Dikonfirmasi terkait temuan BPK di lapangan serta apa yang menjadi penyebab kerusakan proyek tanggul itu, apakah karena kualitas pekerjaan atau kesalahan teknis? Heri enggan membeberkan dan menyatakan dirinya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait.
"Detailnya segera kita konfirmasi dengan pihak yang terkait, yakni PPK dan pengawas, sebagai bahan evaluasi. Saya berharap bukan karena mutu pekerjaan," ucap Heri Widodo.
Informasi dari warga setempat, bangunan tanggul yang ambruk itu mengakibatkan beton tiang pancang yang menopang tebing terlepas dan terangkat ke permukaan tanah dengan panjang bentangan kurang lebih 250 meter.
Wanto, salah satu warga setempat menyebutkan bahwa di beberapa titik bangunan yang ambruk itu terlihat sejumlah besi cor dan proses pengeraman yang diduga tidak sesuai aturan.
"Kondisinya rusak sangat parah. Tujuan dari proyek ini sudah jelas untuk penahan tanah dari luapan air bengawan saat banjir. Tapi kok tidak kuat, padahal ini proyek besar. Pasti sudah dengan berbagai kajian dan perencanaan oleh Dinas Sumber Daya Air Bojonegoro," kata Wanto.
Tak sedikit warga di Desa Lebaksari dan Tanggungan yang heran dengan kerusakan ini. Wanto sendiri menyebutkan lokasi proyek ini berdekatan dengan jalan desa dan persawahan. Dia menduga kurangnya pengawasan pelaksanaan proyek yang menyebabkan hal itu bisa terjadi.
Warga setempat berdatangan ke lokasi dan menjadi proyek yang dikerjakan menggunakan anggaran APBD 2024 itu sebagai tontonan. Mereka datang ke lokasi melihat langsung kondisi bangunan yang porak poranda.
"Mungkin bisa jadi karena kurang pengawasan saat pengerjaan. Jadi nggak karuan, eman (sayang) anggaran akeh (banyak) tapi nggak sesuai harapan warga sini, tahunya sudah bulan kemarin kejadian ini," ucap Yudi warga Lebaksari.
Dari data yang dihimpun pada aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), proyek pembangunan pelindung tebing sungai di Desa Lebaksari dan Tanggungan ini memiliki panjang 980 meter dengan nilai pagu sebesar Rp 40 miliar.
Lelang proyek tahun 2024 APBD Pemkab Bojonegoro dimenangkan oleh Indopenta Bumi Permai yang beralamat di Jalan Jemursari VII No.19 Surabaya dengan nilai harga perkiraan sendiri (HPS) sebesar Rp 39,6 miliar.
(dpe/fat)