Pemilik sekaligus pengasuh panti asuhan di Surabaya berinisial NK (61) diduga cabuli anak asuhnya. Rupanya, lokasi panti asuhan milik pelaku pelecehan itu tidak pernah mengantongi izin dan ada 14 orang dalam 1 KK pelaku yang sebagian besar bukan famili.
Wali Kota Eri Cahyadi menyebutkan bahwa saat ini panti asuhan di Surabaya semakin menjamur. Apalagi penghuni dari panti ternyata dari luar kota dan dibawa ke Kota Pahlawan.
"Panti asuhan ini semakin banyak, semakin menjamur. Dan ternyata yang di dalam panti asuhan duduk wong Suroboyo. Dia bawa orang dari luar, lalu membentuk panti asuhan agar dapat bantuan. Uang ini tersalur kemana?" Kata Eri ditemui detikJatim di rumahnya, Jumat (7/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya berapa jumlah panti asuhan di Surabaya saat ini, Eri masih belum bisa memastikan. Sebab ia juga meminta Kepala Dinsos Anna Fajrihatin untuk mengecek.
Selain mendata jumlah panti asuhan yang ada di Kota Surabaya, Eri juga meminta Dinsos untuk melakukan pengecekan penghuni panti. Dikhawatirkan seperti pelaku pelecehan pemilik panti asuhan, di mana dalam 1 KK miliknya terdapat 14 orang dan banyak yang bukan famili.
"Saya akan melakukan check and recheck dengan kadinsos untuk melihat sebenarnya siapa yang ada di dalam. Setelah itu kami melakukan salah satu tindakan, apakah tutup sementar atau menunggu perda atau gimana. Kami tunggu dulu ya dari dinsos," jelasnya.
Selain itu, pemkot telah melakukan koordinasi dengan Komisi D DPRD Surabaya untuk membuat Peraturan Daerah (Perda) terkait panti asuhan. Karena ia tak ingin masalah serupa terulang kembali di Kota Pahlawan.
"Iya, makanya itu, sekarang ini, sambil menunggu Perda, kami sudah minta Dinsos mengecek itu. Karena bukan warga Surabaya dimasukkan ke Surabaya. Donatur'e nang Suroboyo akeh paling, jadi jalok donatur ae (Donatur di Surabaya mungkin banyak, minta ke donatur saja)," ujarnya.
"Nah ini yang kami hindari dengan perda panti asuhan. Kalau nggak, akan semakin menjamur," pungkasnya.
(dpe/iwd)