Pemprov Jatim melalui Dinsos Jatim melakukan rapat koordinasi dengan Dinsos kabupaten/kota se Jatim. Salah satu fokusnya ialah mendata potensi masyarakat miskin baru pasca bencana.
"Kami telah melakukan Rakor dengan Dinsos se Jatim. Kami ingin memastikan agar sinergitas antara program provinsi dan kabupaten/kota. Salah satunya terkait masyarakat miskin baru pasca bencana," kata Kepala Dinsos Jatim Restu Novi Widiani di Surabaya, Rabu (22/1/2025).
"Kalau BPBD fokus pada infrastrukturnya, kita fokus pada pasca bencana karena dimungkinkan ada masyarakat miskin baru. Ini perlu pendataan, masyarakat rentan mana yang perlu kita bantu, yang harus kita bantu jaminan sosialnya pasca bencana. Kita ingin itu ada benang merah antara BPBD dan Dinsos," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novi mengatakan banyak warga yang kehilangan harta bendanya pasca bencana, namum belum terdata dan tidak mendapat bantuan. Hal ini menjadi fokus utama Dinsos Jatim tahun 2025 ini.
"Jadi kita data, kalau memang memiliki anggota keluarga yang masih sekolah, kita akan bantu sekolahnya di UPT-UPT kami, agar pendidikannya tidak terputus. Termasuk jika pekerjaannya terdampak akibat bencana, kita bantu dengan bantalan-bantalan sosial agar tidak menimbulkan angka kemiskinan, apalagi masuk kelompok ekstrem," jelasnya.
Novi juga merancang agar Dinsos bersama BPBD membuat program perlindungan sosial yang lebih komprehensif bagi masyarakat yang terdampak bencana. Menurutnya, adanya pelonggaran aturan Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk bencana alam dan sosial dapat dimanfaatkan untuk memperkuat program-program tersebut.
Mantan Kepala Dinas DP3AK Jatim ini juga menyatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah program sepanjang tahun 2025 ini menekan angka kemiskinan di Jatim.
"Kami ingin sosialisasikan Dinsos Jatim punya program PKH Plus, kemudian bansos, dan satu program kewirausahaan inklusif produktif untuk memberdayakan warga. Kewirausahaan ini sasarannya perempuan yang menjadi kepala keluarga yang suaminya tidak bekerja, korban kekerasan, perempuan single mom," jelasnya.
"Kewirausahaan inklusif ini juga untuk keluarga miskin, kami juga beri prioritas kepada keluarga yang punya anggota disabilitas karena pengeluarannya pasti lebih besar," tandasnya.
(faa/iwd)