Universitas Airlangga (Unair) membuat vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk mencegah penularan antarternak di Jatim. Produksi vaksin secara massal direncanakan pada awal 2025, tetapi lebih dulu menunggu menunggu permintaan pasar.
Diketahui, saat ini ada 11.317 kasus aktif PMK di Jatim terhitung hingga 14 Januari. Sebanyak 70% kasus dalam proses pengobatan, 22% kasus berhasil disembuhkan, dan ada 2,5% ternak terjangkit PMK yang mati, dan sisanya dipotong paksa.
Rektor Unair Prof M Nasih mengatakan seed vaksin PMK sudah diserahkan Unair kepada PT Biotis untuk diproduksi massal. Namun, produksi vaksin buatan anak bangsa ini harus menunggu permintaan pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menunggu permintaan pasar. Kalau tidak ada permintaan yang memadai, kami nggak berani produksi. Rugi pasti," kata Prof Nasih kepada detikJatim, Jumat (17/1/2025).
Rektor Unair menyampaikan alasan mengapa produksi vaksin PMK itu harus menunggu permintaan pasar. Dia sampaikan bahwa biaya produksi vaksin tersebut juga cukup tinggi.
"Kami menunggu penugasan dari instansi terkait karena butuh biaya untuk produksinya," ujarnya.
Meski demikian, Nasih memastikan bahwa saat ini Unair sudah siap bila harus memproduksi vaksin PMK dalam jumlah besar. Beberapa hal telah disiapkan dan bila diproduksi akan bekerja sama dengan industri.
"Bibit vaksinnya kan sudah kami siapkan, juga formulanya. Untuk produksi perlu peralatan dan mesin-mesin, yang punya itu industri atau (dalam hal ini) Biotis," pungkasnya.
Prof Nasih menyatakan bahwa sejak isu wabah PMK terjadi di Indonesia pada 2022 lalu, Unair sebenarnya sudah melakukan penelitian. Selanjutnya Unair bekerja sama dengan perusahaan untuk melakukan produksi.
"Jadi sebenarnya proses kita sudah lama, karena PMK menjadi sangat isu lama dan di dunia ini, termasuk di Indonesia juga ya belum ketemu vaksinnya. Ada sih kita impor, tapi harganya agak mahal dan kalau kita bisa kenapa tidak," kata Nasih.
(dpe/iwd)