Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur meningkat tajam sejak Desember 2024. Saat ini, tercatat ada ribuan hewan ternak di 30 kabupaten/kota di Jatim yang terjangkit PMK.
"Berdasarkan laporan dari petugas kesehatan hewan di kabupaten/kota, telah dilakukan penyidikan atas laporan munculnya kembali kasus penyakit menular PMK di 30 kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani dalam keterangannya, Jumat (3/1/2025).
Ke-30 kabupaten/kota itu yakni Kabupaten Kediri, Jember, Tulungagung, Ngawi, Kota Madiun, Pacitan, Pamekasan, Sumenep, Trenggalek, Bangkalan, Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, Gresik, Jombang, Kota Malang, Kota Batu, Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, di Lamongan, Bojonegoro, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Nganjuk, Bondowoso, Situbondo, Tuban, Ponorogo, dan Kabupaten Blitar.
Indyah menyebut, selama dua bulan terakhir, kasus PMK yang ditemukan di Jatim sebanyak 6.072 kasus, lalu ada ratusan ekor hewan ternak yang dilaporkan mati.
"Rata-rata laporan kasus PMK di Jawa Timur pada bulan Desember telah mencapai di atas 100 kasus per harinya," terangnya.
Indyah menyebut, tim di lapangan telah mengecek hewan ternak yang terpapar dan mati. Rata-rata, hewan ternak itu terdapat gejala klinis dari PMK yakni adanya kelemahan dan kepincangan akut pada kelompok hewan peka.
"Kemudian ada air liur yang berlebihan, terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kendang. Terus lepuh atau vesikel dan atau erosi di dalam mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar teracak kaki dan/atau pada puting susu," jelasnya.
"Banyak hewan ternak yang demam tinggi mencapai 41 derajat celcius, kemudian hewan dalam keadaan sakit dan lebih sering berbaring. Penurunan produksi susu pada sapi perah yang drastis," tandasnya.
(hil/iwd)