Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Trenggalek. Dampaknya, virus RNA tersebut menjangkiti puluhan ekor sapi potong milik warga.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Trenggalek, Ririn Hari Setiani, mengatakan dari laporan yang masuk jumlah sapi yang terjangkit PMK mencapai 79 ekor.
"Sebetulnya selama 2024 sudah muncul temuan, namun hanya satu dua. Pada Desember kemarin itu meningkat hingga menjadi 79 ekor, ini trennya terus bertambah," kata Ririn, Kamis (2/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, serangan PMK terjadi di 7 kecamatan. Meliputi Kecamatan Gandusari, Tugu, Karangan, Dongko, Pogalan, Trenggalek dan Suruh.
Baca juga: PMK Merebak di Mojokerto, 13 Sapi Mati |
"Dari jumlah itu, tiga ekor di antaranya mati. Satu ekor dipotong paksa, sedangkan sisanya ada yang masih dalam perawatan dan beberapa dijual," ujarnya.
Dia menambahkan sapi yang terkena PMK rata-rata mengalami gejala berupa sariawan, leleran hidung mulut yang berlebih, panas tinggi dan luka pada kuku. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani bisa mengakibatkan kematian.
"Karena biasanya sapi tidak mau makan, sehingga asupannya kurang. Peternak harus waspada, jangan sampai tidak ada asupan, harusnya telaten untuk disuapi," imbuhnya.
Ririn menjelaskan lonjakan kasus PMK diakibatkan beberapa faktor. Antara lain kondisi cuaca, banyak sapi yang belum divaksin, lalu lintas perdagangan hewan hingga kebersihan kandang.
"Virus ini tidak bisa langsung hilang begitu saja, karena penyebarannya tidak hanya kontak langsung. Namun, orang yang dari kandang kemudian mengunjungi kandang lain juga bisa membawa penyakit ini," jelasnya.
Lalu lintas perdagangan hewan dinilai menjadi salah satu faktor yang cukup berperan terhadap penyebaran PMK, sebab kondisi hewan yang baru terpapar terkadang belum menunjukkan gejala.
"Kalau dalam satu kandang sudah ada yang kena, maka potensinya penularannya besar. Misalkan yang lain dijual, bisa jadi itu juga kena," imbuhnya.
Terkait merebaknya PMK ini, Dinas Peternakan Peternakan Trenggalek intensif melakukan upaya penanggulangan dengan pemberian obat-obatan.
"Terapi terus kami lakukan. Kami juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat, bagaimana mencegah PMK," jelasnya.
Upaya pencegahan melalui vaksinasi, jelas dia, masih belum bisa dilakukan. Sebab, stok dari Kementerian Pertanian telah habis 2024.
"Kami berharap di 2025 ada stok lagi, sehingga bisa kami lakukan vaksinasi," imbuhnya.
(dpe/fat)