Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh (ITS) November Surabaya, mengawali tahun 2025 dengan mengeluarkan dua inovasi baru yang diharapkan dapat membantu masyarakat.
Dua penemuan ini tentu menjadi kabar gembira yang dapat memantik semangat untuk inovasi baik lainnya di sepanjang tahun 2025 ini.
Inovasi ini berasal dari dua kategori berbeda, yakni Kesehatan dan kebersihan. Namun, keduanya memiliki posisi penting yang dapat memberikan manfaat luar biasa bagi masyarakat.
Berikut dua inovasi mahasiswa ITS yang dirangkum detikJatim.
1. SleepCare: Matras Cerdas Pendeteksi Sleep Apnea
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi akibat terhalangnya saluran pernapasan. Kondisi ini seringkali tidak terdeksi salah satunya karena, hingga saat ini alat pendeteksi sleep apnea yang sudah ada relatif mahal dan dirasa kurang nyaman bagi pengguna.
Hal ini yang mendasari Mu'afa Ali Syakir mahasiswa Departemen Teknik Biomedik ITS menginovasikan alat pendeteksi sleep apnea dan kualitas tidur berbasis matras yang nyaman digunakan.
Dengan mengintegrasikan teknologi, alat ini mengombinasikan pemrosesan sinyal canggih dan machine learning untuk mendeteksi sleep apnea secara efektif. "Penggunaannya sangat mudah, pengguna hanya perlu berbaring di atas matras," jelas ketua tim perancang SleepCare ini.
Data yang telah diekstraksi akan dianalisis menggunakan model Artificial Neural Network (ANN) untuk menghasilkan prediksi secara tepat waktu. Hasil analisis ini dapat diakses melalui situs web SleepCare, di mana pengguna juga dapat melihat data kualitas tidur mereka.
"Pengguna dapat memantau informasi ini dengan mudah melalui website kami," imbuh mahasiswa angkatan 2021 tersebut.
Selain itu, SleepCare juga dilengkapi fitur unggulan berupa autodialer. Jika alat mendeteksi ketidaknormalan seperti jeda napas atau pola jantung yang menunjukkan potensi bahaya, autodialer secara otomatis menghubungi kontak darurat pengguna.
"Fitur ini dirancang untuk memastikan bahwa pengguna mendapatkan bantuan tepat waktu dalam situasi yang berpotensi mengancam jiwa," paparnya.
Berkat inovasi tersebut, Mu'afa bersama empat anggota timnya yakni Isabelle Jessica Tjilaksana (Teknik Biomedik 2021), Firza Aji Zunaarta (Teknik Biomedik 2021), Faiq Dafa Rasheeda (Teknik Biomedik 2021), dan Nehemy Davis Suryanto (Teknik Biomedik 2022) telah berhasil menuai prestasi membanggakan. Tim ini sukses meraih juara II kategori Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) subkategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024.
"Sleep better, dream higher menjadi moto kami untuk terus berinovasi," tutup Mu'afa penuh semangat.
2. Alat Pembersih Panel Surya Otomatis
Panel surya yang umumnya diletakkan di bagian atap bangunan. Hal ini menyebabkan posisinya sulit dijangkau, terutama untuk dibersihkan. Padahal, debu yang menumpuk pada panel dapat menyebabkan penurunan tingkat efisiensi energi.
Melihat kondisi ini, sekelompok mahasiswa Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas sebuah alat pembersih panel surya otomatis yang dapat dioperasikan dari jarak jauh.
Ketua tim I Putu Evan Priya Saguna mengungkapkan, selama ini pembersihan debu pada panel surya masih menggunakan metode konvensional dengan memanfaatkan tenaga manusia atau alat water spray.
Namun, metode tersebut dinilai tidak praktis dan efisien, bahkan dapat menyebabkan risiko keselamatan kerja. Selain itu, apabila panel surya dibiarkan tanpa dibersihkan, maka daya listrik yang dihasilkan pun dapat berkurang.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Ia dan rekannya I Ketut Rama Adi Widhiarta menggagas sebuah pembersih panel Surya bernama Photovoltaic (PV)-Cloost.
Alat ini memiliki metode double cleaning system berupa nozzle yang mampu menyemprotkan air dan sikat yang akan terus berputar untuk membersihkan panel surya.
"Tujuannya agar panel surya bisa bersih secara maksimal hingga sudut-sudut terkecil," tambahnya.
Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa Departemen Teknik Mesin ITS ini menerangkan jika PV- Cloost diintegrasikan pula dengan panel surya, sehingga dapat menghemat energi dari segi pengoperasiannya. Di sisi lain, alat tersebut juga memiliki panjang yang fleksibel.
"Pengguna dapat menyesuaikan panjang yang dibutuhkan untuk membersihkan panel surya antara satu hingga dua meter," ujarnya.
Sementara, untuk meminimalisir risiko keselamatan kerja dalam pengoperasiannya, alat ini juga diintegrasikan dengan Internet of Things (IoT). Pengguna nantinya dapat mengoperasikannya melalui aplikasi PV-Cloost pada smartphone.
Di aplikasi ini, pengguna juga dimudahkan untuk memonitor proses pembersihan panel surya. Jadwal, durasi bahkan metode pembersihan dapat diatur lewat aplikasi ini.
Dengan inovasi tersebut, Evan dan rekannya telah berhasil menjadi juara III dalam kompetisi Pertamuda yang diselenggarakan oleh PT Pertamina.
Simak Video "Video: ITS Apresiasi Keberhasilan Risma Mengubah Wajah Surabaya"
(ihc/fat)