Dosa Pemerintah atas Kecelakaan Truk yang Berulang Kali Terjadi

Kabar Oto

Dosa Pemerintah atas Kecelakaan Truk yang Berulang Kali Terjadi

Luthfi Anshori - detikJatim
Kamis, 26 Des 2024 14:15 WIB
bus pariwisata tabrak truk di Tol Pandaaan-Malang
Bus pariwisata rombongan SMP Bogor menabrak truk pakan ternak yang mundur tanpa sopir gegara tak kuat menanjak di Tol Pandaan-Malang. (Foto: tangkapan layar/detikJatim)
Surabaya -

Kecelakaan truk masih saja terjadi di jalan raya hingga menyebabkan korban meninggal. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai pemerintah tidak serius membenahi regulasi tentang angkutan barang.

"Kecelakaan angkutan logistik setiap hari terjadi di negeri ini, bahkan bisa 7 kali kejadian dalam sehari. Armada truk menduduki peringkat kedua penyebab kecelakaan, meski jumlah armada truk lebih sedikit ketimbang kendaraan roda empat," ujar Djoko dilansir dari detikOto, Rabu (25/12/2024).

"Pengawasan terhadap operasional angkutan barang masih belum maksimal. Memang ini punya konsekuensi terhadap tarif angkutan barang. Tidak masalah, yang paling penting adalah keselamatan bertransportasi bagi semua warga terjamin," kata Djoko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa terbaru kecelakaan truk dengan bus pariwisata Tirto Agung mengangkut rombongan pelajar SMP IT Darul Qur'an Mulia Putri Bogor, Jawa Barat terjadi di Tol Pandaan-Malang pada Senin (23/12/2024) sore.

Sopir truk pengangkut pakan ternak itu terbukti lalai memarkir truk yang sedang overheat di tanjakan yang menikung hingga truk itu melaju mundur tak terkendali membuat sopir Bus Tirto Agung tak bisa menghindari tabrakan di KM 77 tol Pandaan-Malang.

ADVERTISEMENT

Akibat kecelakaan ini 4 orang korban termasuk sopir dan kernet bus meninggal. Menurut Djoko, ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan angkutan logistik di dalam negeri masih karut marut hingga berujung kecelakaan yang menyebabkan nyawa melayang.

"Rangkaian kecelakaan yang melibatkan truk akibat rendahnya kompetensi para pengemudi, kondisi kendaraan yang kurang terawat terus terjadi. Seolah tidak belajar dari berbagai insiden sebelumnya, kejadian-kejadian ini mencerminkan lemahnya tata kelola, serta kurangnya upaya perbaikan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah," sambung Djoko.

Selain persoalan kelebihan muatan, kata Djoko, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga mencatat terjadi masalah kegagalan pengereman moda kendaraan pengangkut barang masih kerap terjadi akibat tidak adanya regulasi wajib untuk perawatan rem sebagai upaya preventif.

"Truk besar berperan penting dalam logistik guna mengangkut barang lebih efisien. Namun, ukuran yang besar kerap menjadi bumerang dalam operasionalnya, jika tidak dikendalikan oleh pengemudi yang andal dan perawatan kendaraan yang rutin," kata Djoko lagi.

"Untuk menyelenggarakan perawatan rutin pasti memerlukan biaya yang tinggi. Juga mendapat driver yang andal perlu upah yang standar demi kesejahteraannya. Biaya perawatan minim dampak dari liberalisasi angkutan barang," ungkapnya.

Artikel ini sudah tayang di detikOto. Simak selengkapnya di sini.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads