Gunung Raung Banyuwangi meraung-raung menyemburkan asap tebal berwarna merah pada Juli 2015. Asap tersebut menyembur mencapai 300-400 meter dari kawah gunung setinggi 3.332 mdpl tersebut.
Letusan Gunung Raung pada Sabtu 4 Juli 2015 itu dinyatakan PVMBG di Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) terjadi sejak beberapa hari sebelumnya. Hari itu, letusan mengarah ke tenggara, seperti terlihat di langit kota Banyuwangi.
"Gempa tremor masih terus berlanjut dengan amplitudo 28 mm. Asap tebal muncul sejak dini hari berwarna kemerahan," ujar Burhan Alethea, Pengamat Gunung Api di PPGA Raung di Dusun Mangaran, Desa Sumberagung, Songgon, Banyuwangi saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hujan abu tipis imbas letusan Raung itu mengguyur kawasan sekitar gunung. Muncul pijaran api mirip kembang api di atas kawah gunung tersebut. Namun karena bibir kawah yang tinggi dan lebar hingga 2 km, pijar api ini tak sampai meluber ke lereng.
"Jenis letusan Raung adalah strombolin, mirip kembang api. Letusan kali ini masih kategori minor, sehingga belum begitu membahayakan warga, " pungkas Burhan.
Beberapa waktu sebelum letusan disertai lava pijar dan hujan abu tersebut status aktivitas Gunung Raung sempat ditingkatkan menjadi Siaga. Material vulkanis yang lebih berbahaya dari abu tidak sampai meluber karena dinding kawah yang lebar.
Diameter mangkuk kawah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso, Jember dan Banyuwangi itu mencapai 2 kilometer dengan kedalaman 500 meter. Ini setara ukuran mangkuk kawah rata-rata gunung api di Indonesia.
Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat itu, Gede Swastika menyatakan bahwa mangkuk gunung itu seolah menjadi tameng material vulkanis bila terjadi letusan.
"Kalau letusan kecil masih di dalam, belum ada impact ke warga," katanya.
Meski demikian, beberapa hari sebelum letusan terjadi Gede telah merekomendasikan masyarakat, pendaki, dan wisatawan di sekitar Gunung Raung tidak mendekati kawah dalam radius 3 Km mengingat terjadinya peningkatan aktivitas gunung.
Seiring terjadinya erupsi Gunung Raung disertai hujan abu selama beberapa hari, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali ditutup. Penutupan sempat berlangsung hingga 11 Juli 2024.
Pada Sabtu 11 Juli itu ada sebanyak 25 pesawat yang menginap atau remain over night (RON) di Bandara Ngurah Rai. Sedangkan pada 10 Juli, tercatat 160 penerbangan domestik dan 117 penerbangan internasional dengan total penumpang 19.453 orang dibatalkan.
Dampak erupsi Gunung Raung itu sangat berdampak bagi penerbangan di Bandara Ngurah Rai, Bali. Apalagi bagi Bandara Blimbingsari di Banyuwangi serta Bandara Notohadinegoro di Jember juga ditutup bahkan hingga 16 Juli.
Pada 16 Juli itu, Bandara Juanda Surabaya turut ditutup. Maskapai Garuda Indonesia terpaksa membatalkan 11 penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta. Penumpang diminta refund atau menjadwal ulang waktu keberangkatan.
"Akibat penutupan Bandara Juanda Surabaya, otomatis seluruh penerbangan dari pukul 13.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB kita batalkan," ujar Humas Garuda Indonesia saat itu, Ikhsan Rosan.
Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Ingin mencari artikel-artikel lain di rubrik Jatim Flashback? Klik di sini.
(dpe/iwd)