Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, Komunitas Mata Hati hadir sebagai cahaya harapan. Komunitas yang berdiri sejak 2000 ini konsisten memberikan dampak positif melalui program pemberdayaan bagi penyandang disabilitas.
Perjalanan panjang Mata Hati dimulai saat Bagus Adimas dan Fitri yang merupakan tuna netra mengikuti kegiatan Pameran Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di PON XV Jatim. Ditambah dengan masuknya Danny Heru, David, Bayu, dan Anggie Dwi, mereka kemudian membentuk grup band.
Mata Hati tercatat pernah tampil di sejumlah tempat, seperti RRI Surabaya, Kadinda Jatim, TVRI Surabaya, hingga JTV. Sayangnya, grup band tersebut tak bertahan lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski grup band bubar, mereka tetap melakukan kegiatan positif dengan berkolaborasi bersama teman-teman lainnya. Pada 2007, mereka menginisiasi gerakan diskusi dan kegiatan kecil yang bermanfaat bagi sesama hingga mereka mulai menggagas berbagai kegiatan dan program sosial.
Pada 2011, komunitas ini memiliki program 'ngobrol karo arek-arek'. Pada tahun 2013-2023, mereka memiliki program bingkai braille. Sedangkan pada 2021 saat Pandemi COVID-19, mereka memiliki progam unggulan yakni program Pelit, akronim dari pelatihan IT Tuna Netra.
"Waktu itu Pandemi sehingga teman-teman kesulitan berjualan produk offline. Disabilitas netra yang sudah paham teknologi kami ajak mengadakan workshop bisnis online," ujar Ketua Komunitas Mata Hati, Danny Heru Dwi Hartanto.
Tidak hanya itu, Komunitas Mata Hati juga menggelar program Peluk atau Pelatihan UMKM. Ada pula program Tepi atau terapi pijat untuk mengakomodir teman-teman disabilitas yang memang memiliki kemampuan pijat.
Co-Founder dan Relawan Komunitas Mata Hati, Dian Ika mengungkapkan bahwa program-program yang telah dilaksanakan Komunitas Mata Hati yang beranggotakan kurang lebih 53 orang ini memang bukan program-program yang besar.
Namun, mereka yakin dengan kerap melakukan aktivitas atau hal-hal yang kecil mereka mampu memberikan impact lebih kepada setiap individu disabilitas yang tergabung dalam program tersebut.
Ika mencontohkan beberapa pendampingan personal yang dilakukan para relawan di komunitas ini untuk para penyandang disabilitas, mulai dari cara penggunaan HP, perangkat elektronik, sampai cara makan, dan hal-hal lainnya.
"Kami ajarin cara menggunakan HP. Bukan program yang besar tapi hal-hal kecil yang bagi kami penting. Teman-teman yang udah lanjutan tingkatnya tapi kan mereka harus adaptasi. Kami lakukan itu person to person. Karena salah satu concern kami to help people to help themselves," kata Ika.
Perjalanan panjang sejak 2000 hingga sekarang membuat Komunitas Mata Hati dihadapkan dengan berbagai tantangan. Tetapi berkat kekompakan para pengurus serta bantuan dari berbagai pihak mulai dari relawan, mitra, hingga perusahaan bisa menguatkan semangat Komunitas Mata Hati untuk terus memberdayakan sesama.
Peran Komunitas Mata Hati dalam memberdayakan penyandang disabilitas patut menjadi teladan. Dalam waktu dekat detikJatim akan menggelar ajang penghargaan detikJatim Awards 2024. Acara ini menjadi ajang apresiasi terhadap insan, komunitas, instansi pemerintah, serta perusahaan yang memiliki peran nyata bagi masyarakat.
Kegiatan ini didukung oleh: Exxon Mobil Cepu Ltd., PEPC JTB, PEPC ADK, PHE TEJ, PHE Randugunting, PEP Cepu Field, PEP Sukowati Field, PEP Poleng Field Saka Indonesia Pangkah Ltd., Petronas Carigali Ketapang II Ltd., MedcoEnergi Sampang Pty. Ltd., MedcoEnergi Madura Offshore Pty. Ltd., Kangean Energy Indonesia, Husky-CNOOC Madura Ltd.
(dpe/iwd)