Ramai-ramai kasus percobaan penjualan ginjal digagalkan di Surabaya. Simak pengertian transplantasi ginjal dan dampaknya berikut ini
Transplantasi ginjal adalah salah satu tindakan medis yang kini semakin sering dilakukan sebagai pengobatan untuk pasien dengan gagal ginjal. Seperti yang diketahui, ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang memiliki fungsi untuk menyaring dan membuang zat sisa, cairan, mineral, serta racun dari tubuh melalui urine. Ketika ginjal mengalami kerusakan yang tidak dapat disembuhkan, transplantasi ginjal menjadi solusi untuk mengembalikan fungsi ginjal pasien.
Lalu, apa sebenarnya translantasi ginjal? Bagaimana syarat baik bagi penderia sakit maupun pendonor?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Transplantasi Ginjal?
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Pengertian transplantasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dan atau pencangkokan. Sederhananya, Transplantasi ginjal adalah prosedur bedah untuk mengganti ginjal yang telah rusak akibat gagal ginjal kronis stadium akhir. Ginjal yang digunakan untuk transplantasi bisa berasal dari donor yang masih hidup atau sudah meninggal dunia. Proses ini bertujuan untuk membantu pasien gagal ginjal dalam mengembalikan fungsi ginjalnya. Dalam beberapa kasus, transplantasi ginjal menjadi pilihan karena pasien sudah kehilangan lebih dari 90% fungsi ginjal mereka.
Menurut laman Siloam Hospital, transplantasi ginjal dibagi menjadi dua kategori berdasarkan sumber pendonor, yaitu:
1. Deceased-donor kidney transplant: Transplantasi dari pendonor yang baru saja meninggal dunia.
2. Living-donor kidney transplant: Transplantasi dari pendonor yang masih hidup.
Siapa yang Bisa Melakukan Transplantasi Ginjal?
Transplantasi ginjal hanya diperuntukkan bagi pasien yang mengalami gagal ginjal kronis stadium akhir, yaitu kondisi di mana fungsi ginjal menurun drastis dan menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh. Sebelum menjalani transplantasi ginjal, pasien harus menjalani evaluasi medis yang meliputi riwayat penyakit, obat-obatan yang digunakan, dan riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Selain itu, pasien juga harus berada dalam kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani prosedur transplantasi ginjal tanpa risiko tinggi, seperti tidak memiliki penyakit jantung berat, tidak mengalami demensia atau gangguan jiwa yang tidak terkelola, serta tidak menderita kanker aktif atau penyakit berbahaya lainnya.
Persiapan Sebelum Transplantasi Ginjal
Persiapan transplantasi ginjal melibatkan berbagai pemeriksaan medis untuk memastikan pasien siap menjalani prosedur ini, termasuk:
Β· Pemeriksaan umum: Tes fisik, darah, rontgen, CT scan, MRI, dan tes psikologis untuk memeriksa kesiapan fisik dan mental pasien.
Β· Tes kecocokan darah: Untuk memastikan golongan darah pasien cocok dengan pendonor.
Β· Tes kecocokan jaringan (HLA): Untuk mengecek kecocokan jaringan pendonor dan pasien.
Β· Tes crossmatch: Pencampuran sampel darah pasien dan pendonor untuk melihat adanya reaksi yang menunjukkan apakah transplantasi dapat diterima tubuh tanpa penolakan.
Syarat Menjadi Donor Ginjal
Untuk menjadi pendonor ginjal, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik secara medis maupun administratif. Berikut adalah beberapa kriteria penting:
Kriteria Medis:
- Berusia 18-60 tahun.
- Sehat secara fisik dan mental.
- Memiliki golongan darah yang sama dengan penerima.
- Memiliki berat badan normal atau Indeks Massa Tubuh < 30 kg/m2
- Tidak merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang, alcohol, dan obat-obatan rutin
- Tidak sedang hamil
- Tidak menerima transplantasi sebelumnya
- Tekanan darah normal
- Tidak menyandang diabetes, ginjal, paru-paru, kanker, autoimun, penyakit pembuluh darah, dan penyakit keras lainnya
Kriteria Administratif
Merujuk pada peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 38 Tahun 2016, persyaratan untuk mendonorkan organ tubuh secara administratif adalah sebagai berikut:
- Memiliki surat keterangan sehat.
- Berusia 18 tahun ke atas dan menyerahkan dokumen seperti KTP dan akta kelahiran.
- Memiliki alasan yang kuat dalam menyumbangkan organ tubuhnya kepada penerima secara sukarela
- Mendapat persetujuan keluarga yakni suami/istri, anak yang sudah dewasa, orang tua kandung, atau saudara kandung pendonor
- Membuat pernyataan persetujuan dan keterangan telah memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, prosedur transplantasi organ, panduan hidup pasca transplantasi organ
- Membuat pernyataan bahwa tidak ada penjualan organ ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak penerima
Risiko Bagi Pendonor Ginjal
Meskipun transplantasi ginjal dapat menyelamatkan nyawa pasien, ada beberapa risiko yang harus dihadapi oleh pendonor ginjal, baik jangka pendek maupun jangka panjang:
1. Risiko jangka pendek: Infeksi, kegagalan operasi, perdarahan, dan reaksi anestesi.
2. Risiko jangka panjang: Hipertensi (tekanan darah tinggi), gagal ginjal, infeksi, perdarahan, dan bahkan kematian.
Namun, meskipun ada risiko, banyak pendonor yang dapat hidup dengan satu ginjal dan menjalani kehidupan normal setelah prosedur transplantasi, asalkan menjalani gaya hidup sehat dan pemeriksaan rutin.
Hidup dengan Satu Ginjal
Seseorang yang memiliki satu ginjal umumnya dapat hidup sehat seperti orang dengan dua ginjal, karena ginjal tunggal tersebut masih cukup untuk menyaring darah dan menjaga fungsi tubuh normal. Bagi mereka yang lahir dengan satu ginjal, organ ini sudah berfungsi untuk menangani kedua tugas ginjal sejak lahir, sehingga sering kali ginjal tersebut tumbuh lebih besar dan lebih efisien.
Namun, meskipun dapat hidup sehat, pemilik satu ginjal tetap memiliki risiko masalah kesehatan jangka panjang, seperti hipertensi, proteinuria, dan retensi cairan. Hal ini terjadi karena tidak ada ginjal kedua yang bisa menggantikan fungsi ginjal yang berkurang. Oleh karena itu, pemilik satu ginjal perlu menjaga kesehatan ginjal dengan cermat.
Menurut informasi di laman Halodoc, ini hal yang Harus Diperhatikan oleh pemilik satu ginjal
1. Pola Makan Sehat
Penting untuk menjaga pola makan sehat dengan konsumsi biji-bijian, sayuran, dan buah. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi, konsumsi garam harus dibatasi. Kafein dari teh dan kopi juga sebaiknya dikurangi. Perhatikan konsumsi protein, karena terlalu banyak protein bisa membuat ginjal bekerja lebih keras, meskipun konsumsi protein dalam jumlah moderat tetap diperlukan.
2. Hindari Cedera
Cedera pada ginjal bisa sangat berisiko, karena tidak ada ginjal lain yang bisa menggantikan fungsinya. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dalam beraktivitas dan menghindari olahraga berisiko tinggi, seperti tinju, sepak bola, atau berkuda.
3. Pemeriksaan Rutin
Pemilik satu ginjal perlu melakukan pemeriksaan rutin, seperti tes tekanan darah, tes dipstik untuk memeriksa protein dalam urine, dan tes GFR untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan rutin penting untuk mendeteksi masalah ginjal lebih awal. Menjaga kesehatan ginjal sangat penting untuk mencegah komplikasi di masa depan.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, Peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/iwd)