Hari Ayah Nasional memiliki sejarah yang menarik di baliknya. Perayaan ini diperingati untuk menghormati dan menghargai peran ayah dalam keluarga, seperti halnya perayaan Hari Ibu. Lantas, apa bedanya dengan Hari Ayah Internasional?
Pada Hari Ayah, banyak orang memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan terima kasih kepada ayah atas kerja keras dan pengorbanannya dalam mendukung keluarga. Peran ayah tidak hanya sebagai kepala keluarga, tetapi juga dalam mencari nafkah, melindungi keluarga, menjadi panutan, serta mendidik anak dan istri.
Kapan Hari Ayah Nasional dan Internasional?
Hari Ayah diperingati pada tanggal yang berbeda di setiap negara. Xavier Quentin Pranata, dalam bukunya 100 Wisdoms For Enriching Your Soul, menyebutkan ada 75 negara yang merayakan World Father's Day, termasuk negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Turki, Pakistan, Malaysia, Singapura, Taiwan, Filipina, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari Ayah di negara-negara tersebut dirayakan pada tanggal 20 Juni, yang berasal dari Amerika Serikat dan telah berlangsung sejak abad ke-12.
Sementara itu, di Indonesia, Hari Ayah Nasional ditetapkan setelah proses panjang yang melibatkan Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) bersama DPRD Kota Surakarta. Pada 12 November 2006, PPIP mendeklarasikan Hari Ayah Nasional untuk pertama kalinya di Solo, Jawa Tengah, di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu, dilansir dari detiknews, Hari Ayah Sedunia atau World Father's Day diperingati setiap tahun pada Minggu ketiga bulan Juni, yang menyebabkan tanggal peringatan Hari Ayah Sedunia setiap tahunnya berbeda-beda.
Sejarah Hari Ayah Nasional
Sejarah Hari Ayah Nasional memiliki beberapa versi cerita. Melansir dari SDIT Al Fikroh, peringatan Hari Ayah Nasional diprakarsai Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) yang didukung berbagai komunitas lintas agama dan budaya. Pada tahun 2014, PPIP mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo yang diiringi dengan sayembara menulis surat untuk ibu.
Sayembara tersebut mendapat sambutan hangat dari peserta, dan mengumpulkan 70 surat terbaik yang kemudian dibukukan. Setelah acara tersebut, muncul pertanyaan dari peserta tentang kapan sayembara untuk menulis surat untuk ayah akan diadakan, dengan penuh semangat mereka berjanji akan kembali ikut jika sayembara menulis surat untuk ayah dilakukan. Mereka juga menanyakan kapan Hari Ayah diperingati.
Menyadari pentingnya peringatan ini, PPIP melakukan kajian dan audiensi dengan DPRD Kota Surakarta untuk mencari tahu apakah Hari Ayah sudah diperingati secara nasional. Jika belum, PPIP bertanya apakah mungkin ada lembaga atau individu yang dapat menetapkan Hari Ayah.
Setelah kajian panjang, akhirnya pada 12 November 2006, PPIP mendeklarasikan Hari Ayah Nasional di Solo, Jawa Tengah. Deklarasi ini disertai dengan pengiriman buku dan piagam deklarasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta bupati dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sabang, Merauke, Sangihe Talaud, dan Pulau Rote.
Sejak saat itu, tanggal 12 November resmi ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional. Di Maumere, Flores, NTT, juga diadakan deklarasi Hari Ayah bersamaan dengan peluncuran buku "Kenangan untuk Ayah" yang berisi 100 surat dari anak-anak di seluruh Nusantara yang diseleksi dari sayembara menulis surat untuk ayah.
Sejarah Hari Ayah Sedunia
Sementara itu, Hari Ayah Sedunia berawal dari cerita Sonora Smart Dodd pada Mei 1909. Dodd terinspirasi setelah mendengar pidato Hari Ibu di gereja, dan ingin merayakan sebuah hari untuk menghormati ayahnya, William Jackson Smart, seorang veteran Perang Sipil yang membesarkan Dodd dan lima saudara lainnya setelah istrinya meninggal dunia.
Dodd awalnya ingin merayakan Hari Ayah pada 5 Juni, yang merupakan ulang tahun ayahnya. Ia bahkan mengajukan petisi agar hari tersebut diakui dan dijadikan hari libur di kotanya. Meskipun memerlukan waktu cukup lama, akhirnya pada 19 Juni 1910, Hari Ayah pertama kali dirayakan di Spokane, Washington. Pada perayaan pertama ini, sejumlah anak perempuan memberikan bunga mawar merah kepada ayah mereka di gereja untuk menghargai ayah mereka yang masih hidup.
Hari Ayah Sedunia kemudian diakui sebagai hari libur, setelah Presiden Richard Nixon menandatangani Undang-Undang Publik yang menetapkan Hari Ayah Sedunia sebagai hari libur resmi pada tahun 1972.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hil/irb)