Pentingnya pemerintah bekerja sama dengan swasta untuk penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bisnis perusahaan.
Pemaparan hasil riset dan peluang dalam kolaborasi untuk penelitian ini diungkap Prof Wang Heli, profesor Singapura Management University (SMU) saat berada di kampus Unair di Seminar International Conference for Economics Business and International Community Service (ICEB), Rabu (30/10/2024).
Selama ini, CSR biasanya dilakukan perusahaan yang sudah meraih keuntungan. Namun, menurut Prof Heli, pendekatan CSR semacam ini terbatas. Agar manfaatnya lebih luas, diperlukan keterlibatan semua pihak sejak awal, bahkan sebelum perusahaan meraih laba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"CSR yang tulus itu seperti investasi jangka panjang, dan kerja sama pemerintah bisa menjadi bahan bakar tambahan yang mempercepat dampak positif," kata Prof Heli, Kamis (31/10/2024).
Dia mencontohkan kebijakan di China, Amerika Serikat hingga India, yang menangani kebijakan lebih dari satu tantangan hingga bisa mempengaruhi perusahaan.
"Kebijakan inovatif China yang menyatukan dua tantangan utama, keberlanjutan lingkungan dan inovasi digital, mampu memiliki keunggulan kompetitif lebih tinggi.
menerapkan program yang mengintegrasikan kebutuhan lingkungan dan digital dalam satu kebijakan," jelasnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola keduanya memiliki keunggulan kompetitif lebih tinggi. Namun, program ini juga menghadapi tantangan besar karena tidak semua perusahaan mampu beradaptasi cepat.
"Yang ada selama ini CSR dilakukan oleh perusahaan yang sudah memiliki profit, sementara jika belum ada profit maka CSR tidak akan ada," tegasnya.
Riset dan penelitian ini, tambah dia, akan jadi bahan diskusi dengan stakeholder dan kampus-kampus di Indonesia, selain kampus Unair.
"Harapannya kami bisa berkolaborasi dalam penelitian serupa dan SMU bisa bekerjasama dengan universitas universitas di Indonesia," pungkasnya.
(esw/fat)