Soegondo Djojopuspito, Pemuda Asal Tuban yang Pimpin Sumpah Pemuda

Soegondo Djojopuspito, Pemuda Asal Tuban yang Pimpin Sumpah Pemuda

Firtian Ramadhani - detikJatim
Senin, 28 Okt 2024 04:04 WIB
Soegondo Djojopoespito, Sosok di Balik Sumpah Pemuda
Soegondo Djojopoespito, sosok di balik Sumpah Pemuda. Foto: Andika Prasetia/detikcom
Tuban -

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap 28 Oktober. Salah satu tokoh muda dari Jawa Timur yang berperan dalam peristiwa tersebut adalah Soegondo Djojopuspito. Siapakah sosok Soegondo Djojopuspito?

Soegondo saat itu menjabat sebagai Ketua Kongres Pemuda II. Sebelumnya, Kongres Pemuda I telah diadakan pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Rapat dilanjutkan dengan Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928.

Profil Soegondo Djojopoespito

Menurut situs Kemdikbud, Soegondo lahir di Tuban, Jawa Timur pada 22 Februari 1904 . Ayahnya, Kromo Sardjono adalah seorang penghulu dan mantri juru tulis desa di Tuban. Soegondo memiliki adik bernama Soenarjati, yang diangkat menjadi anak oleh pamannya, Hadisewojo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama adik-adiknya, Soegondo dibesarkan pamannya dari tingkat HIS di Tuban hingga RH di Batavia. Hadisewojo juga mengangkat Sudarjati, anak sepupu dari keluarga Brotoamidjojo, dan Sumijati, anak sepupu dari keluarga Soekadji. Hadisewojo memiliki empat anak angkat yang saling terkait sebagai saudara sepupu.

Dari tahun 1911 hingga 1918, Soegondo bersekolah di Holland Indische School (HIS), lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lder Onderwijs (MULO) hingga tahun 1921. Pada 1924, ia masuk Algemeene Middelbare School (AMS).

ADVERTISEMENT

Ia memilih belajar hukum di RHS setelah menyelesaikan AMS. Namun, pendidikan Soegondo di RHS terhenti pada tingkat Candidat Satu karena beasiswanya dicabut akibat aktivitas politiknya, ditambah dengan meninggalnya pamannya.

Saat tinggal di Jakarta, Soegondo aktif berdiskusi dengan pemuda di Indonesisch Club Gebow. Dari sana, ia terlibat sebagai aktivis persatuan dalam Kongres Pemuda I dan II. Setelah berperan dalam Kongres Sumpah Pemuda, ia pindah ke Yogyakarta untuk bekerja sebagai guru di Taman Siswa.

Soegondo juga pernah bekerja di Shibabu (penjara) selama masa penjajahan Jepang. Setelah pendudukan berakhir, ia menjabat Menteri Pemuda dan Pembangunan Masyarakat pada 1950. Soegondo meninggal pada 23 April 1978 dan dikebumikan di Makam Keluarga Besar Taman Siswa, Taman Wjayabrata Semaki, Yogyakarta.

Peran Soegondo Djojopuspito dalam Sumpah Pemuda

Pada Kongres Pemuda II yang diadakan pada 27 Oktober 1928 di Gedung Katholeke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng, Jakarta, Soegondo memberikan sambutan sebagai ketua kongres. Hal ini tercatat dalam dokumen resmi Museum Sumpah Pemuda.

Ia bersama Mohammad Yamin, yang menjabat sebagai sekretaris kongres, berpartisipasi dalam rapat tersebut. Dalam rapat itu, Yamin membahas mengenai pentingnya persatuan yang dapat dibangun melalui sejarah, bahasa, pendidikan, hukum adat, dan keinginan bersama.

Soegondo dipilih sebagai ketua berdasarkan statusnya yang tidak mewakili daerah tertentu, meskipun ia adalah anggota Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) yang berfokus pada urusan nasional. Kemudian, pada 28 Oktober 1928, diadakan rapat kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop, yang menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak Indonesia.

Menjelang akhir kongres, terjadi penandatanganan isi Sumpah Pemuda. Yamin menyerahkan kertas yang berisi tiga poin persatuan kepada Soegondo, yang kemudian menandatanganinya dan menyerahkannya kepada anggota kongres lainnya secara bergantian.

Dari rangkaian acara tersebut, lahirlah tiga poin keputusan dalam Sumpah Pemuda. Berikut isi putusan Sumpah Pemuda.

  • Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe bertumpah darah satoe, Tanah Indonesia.
  • Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satu, Bangsa Indonesia.
  • Kami Poetra dan Poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II dilaksanakan di tiga lokasi berbeda di Jakarta. Berikut rincian lokasi beserta kegiatan selama Kongres Pemuda II.

1. Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapang Banteng

Lokasi Kongres Pemuda II kini menjadi Yayasan Pendidikan Santa Ursula. Rapat pertama di tempat ini diadakan pada 27 Oktober 1928, yang dipimpin Soegondo.

Dalam sambutannya, ketua mengungkapkan keinginan untuk memperkuat semangat persatuan di kalangan pemuda. Yamin menjelaskan pentingnya persatuan untuk pemuda, mengidentifikasi lima faktor yang mendukung persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, pendidikan, hukum adat, dan kemauan.

2. Gedung Indonesisch Huis Kramat

Gedung ini juga menjadi tempat rapat pada 28 Oktober 1928. Pada waktu itu, Gedung Indonesisch Huis Kramat berlokasi di Jalan Merdeka Utara, namun sekarang sudah tidak ada.

Pada rapat kedua, pembicara Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro membahas pendidikan kebangsaan yang harus diterima setiap anak dan pemuda, menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang demokratis.

3. Gedung Oost-Java Bioscoop

Lokasi ketiga adalah gedung yang dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda, terletak di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Tempat ini memiliki makna penting karena menjadi lokasi pembacaan rumusan Sumpah Pemuda, dan diskusi mengenai nasionalisme, demokrasi, serta peran gerakan kepanduan untuk anak-anak sejak dini.

Usai berbagai perdebatan itu, Kongres Pemuda II dinyatakan selesai dan menghasilkan sejumlah putusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda dan diikrarkan bersama-sama. Dalam Kongres Pemuda II dibentuk panitia perwakilan sejumlah organisasi-organisasi pemuda dengan susunan berikut.

  • Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
  • Wakil Ketua: RM Djoko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
  • Pembantu II: R Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
  • Pembantu III: R C L Senduk (Jong Celebes
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Mohamad Rocjani Soe'oed (Pemuda Kaoem Betawi)

Itulah biografi singkat Soegondo Djojopuspito, salah satu pemuda yang kala itu berjuang di Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Artikel ini ditulis oleh Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpe/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads